“Meskipun saya sudah memaafkan, tapi ingatan kekerasan verbal yang pernah saya rasakan tetap lekang di ingatan. Saya tak mau ada anak-anak yang merasakan pengalaman pahit sebagaimana yang saya rasakan. Maka saya berkomitmen untuk terus mengajarkan toleransi sejak dini kepada anak-anak.”
Begitulah sepenggal kisah pilu yang diceritakan oleh Fatimah Az-Zahro ketika membuka wawancara daring kami. Fatimah dan keluarganya adalah perantau asal Flores. Kedua orang tuanya tinggal di sebuah kontrakan di wilayah Sumbersari, Malang. Hidup sebagai orang Timur di tengah suku Jawa, sekaligus penganut aliran Muhammadiyah di tengah mayoritas Nahdliyin (pengikut Nahdlatul Ulama) membuat Fatimah kecil bergumul dengan rasa takut. Perundungan atau bullying yang menyerang fisik seakan menjadi makanannya sehari-hari. Bagi pem-bully, ucapan mereka mungkin terasa lucu dan menyenangkan. Tentunya kesenangan tersebut tidak dirasakan Fatimah sebagai korban.
Puncak diskriminasi yang dialami Fatimah adalah ketika ia dilarang ikut mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an yang kebetulan berada di masjid milik NU. Seorang ustaz menyampaikan padanya bahwa ia tidak boleh ikut mengaji lagi karena cara beribadah mereka berbeda. Fatimah pun pulang berurai air mata penuh ketakutan; takut karena tidak bisa mengaji lagi dengan teman-teman sebayanya.
Akhirnya, ayah Fatimah mendirikan sebuah mushola tak jauh dari rumah kontrakan mereka. Fatimah kecil dan kedua adiknya mengaji di mushola tersebut bersama dua orang teman lainnya yang juga berasal dari kalangan Muhammadiyah.
Konsisten Melakukan Kebaikan, Tanpa Memandang Perbedaan
Merespons diskriminasi yang terjadi, ayah Fatimah tidak memarahi guru ngaji maupun anak-anak kecil yang melakukan perundungan. Setiap menerima penolakan, sang ayah memilih menjaga jarak dan tetap berbuat baik kepada semuanya termasuk kepada orang yang menyakiti. Sikap itulah yang terus diajarkan kepada Fatimah. Selain itu, tujuan sang ayah menghindari konflik dengan pindah ke Malang bukanlah untuk menambah konflik baru dalam hidupnya. Sehingga meskipun didiskriminasi di lingkungan baru, mushola tempat Fatimah mengaji justru menerapkan pembelajaran inklusif. Siapapun boleh belajar dan beribadah di mushola tersebut.
Selain dari ayah, Fatimah juga belajar toleransi dan kebaikan dari kakeknya. Kakek Fatimah seorang pedagang yang setiap 6 bulan sekali melakukan perjalanan dari Flores ke Surabaya. Dengan mengendarai kapal, sang kakek menjual hasil bumi, hasil laut, dan hasil kebun yang tidak sedikit. Saat perjalanan dagang itulah, kakek Fatimah selalu menyisihkan bagian khusus untuk keluarga Fatimah. Alih-alih dijual, bawaan kakeknya tersebut malah dibagikan ke seluruh ibu-ibu di wilayah keluarganya tinggal oleh ibunya Fatimah.
Dari teladan orang tua dan kakeknya, Fatimah belajar bahwa perbedaan aliran agama bukan penghalang menjalin interaksi sosial. Perbedaan pada agama Islam biasanya hanya terletak pada furu’iyah saja dan bukan pada perkara ushuliyah. Furu’iyah berarti perkara cabang dalam praktik keagamaan. Dalam hal ibadah misalnya, perbedaan furu’iyah terjadi antara Muhammadiyah dan NU dalam hukum wajib atau tidaknya membaca qunut atau doa khusus dalam shalat subuh. Adapun ushuliyah adalah perkara pokok dalam ajaran agama. Meskipun Muhammadiyah dan NU berbeda pendapat dalam hal seperti hukum qunut, namun dalam hal pokok beragama keduanya memiliki pemahaman yang sama seperti dalam meyakini rukun iman dan rukun Islam.
Walaupun ditolak dan didiskriminasi, kedua orang tua Fatimah tetap menjalin relasi baik dengan warga sekitar. Pelan namun pasti, mushola kecil yang dibangun sang ayah semakin ramai dengan kehadiran teman-teman Fatimah. Selain itu, banyak juga jamaah lain yang ikut meramaikan kegiatan-kegiatan di mushola tersebut meskipun tidak berasal dari Muhammadiyah.
(bersambung)
*
Kisah Fatimah selengkapnya beserta perempuan perdamaian lainnya didokumentasikan oleh AMAN Indonesia bersama She Builds Peace Indonesia dalam buku She Builds Peace Seri 1: Kisah-Kisah Perempuan Penyelamat Nusantara.
Banyak pembelajaran tentang agensi perempuan yang bisa ditemukan dengan membaca semua cerita di buku ini. Untuk mendapatkannya, bisa dipesan melalui link berikut bit.ly/pesanbukuSBPseri1.