Perempuan seringkali dilekatkan dengan isu Kesehatan mental. Sifat perasa yang dianggap terlalu dominan, seakan menjadi pembenaran bahwa perempuan akan lebih mudah mengalami gangguan kesehatan mental. Perempuan memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi ketimbang laki-laki.
Angka depresi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hasil survei pada 2017 oleh seorang Psikiater di Inggris mengungkap, 14 persen partisipan laki-laki mengaku pernah berpikir untuk bunuh diri. Sementara partisipan perempuan menunjukkan angka yang lebih tinggi, yakni 19 persen. Dari angka tersebut, bahkan 7 persen perempuan sudah pernah melakukan tindakan percobaan bunuh diri.
Isu terkait Kesehatan mental sebenarnya bisa menimpa siapa saja, baik dari kalangan masyarakat biasa hingga artis ternama. Baru-baru ini, artis cantik Marshanda diberitakan mengalami gangguan kesehatan mental bipolar. Ia sebenarnya telah mengalami gangguan mental ini sejak 2009 lalu, namun hingga sekarang, berita tersebut masih mengendap dan menjadi gunjingan masyarakat.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menganggap artis cantik ini gila, masyarakat sekarang malah merespon positif tampilan baru Marshanda dengan kepribadian barunya. Ia dianggap semakin dewasa dan bisa melalui masa-masa sulitnya, terlebih ketika ia kembali menunjukkan bakatnya dengan hadir di berbagai acara. Sekarang ia menjadi motivator dalam hal isu terkait kesehatan mental.
Apa yang Marshanda tunjukkan ke publik beberapa tahun lalu, di mana ia harus bergulat dengan dirinya sendiri, melawan penyakit mental yang dideritanya tersebut, seakan menunjukkan bahwa perempuan bisa berdaya. Ia juga sangat berterima kasih terhadap orang-orang disekitar yang terus mendukungnya.
Dari pengalaman Marshanda tersebut, bisa kita ambil pelajaran bahwa partisipasi lingkungan, khususnya orang-orang terdekat dalam memberikan dukungan baginya sangatlah berdampak luar biasa. Ia menyadari bahwa apa yang dideritanya harus ia lawan sendiri, dengan penerimaan terhadap diri sendiri dan dorongan dari lingkungan sekitar, tentu hal demikian akan sangat berdampak positif.Â
Penyebab Isu Kesehatan Mental
Awalnya memang tidak mudah bagi Marshanda untuk melewati ini semua. Ia menceritakan bahwa penyakit bipolar yang dideritanya tersebut bermula karena beban kerja yang diterimanya. Padatnya jadwal kerja mulai dari ia masih berusia remaja membuatnya harus mengonsumsi obat-obatan dan berobat ke psikiater.
Penyebab isu kesehatan mental memanglah sangat beragam. Terdapat banyak problem yang datang dari berbagai aspek kehidupan seperti sosial, pendidikan, ekonomi, maupun pekerjaan Namun, dari banyaknya aspek yang disebutkan, aspek pekerjaan, seperti beban kerja yang tidak proporsional dan kondisi lingkungan kerja yang toxic menjadi aspek yang paling dominan.
Di Semarang misalnya, terdapat kasus bunuh diri yang dilakukan oleh seorang perempuan berusia 26 tahun, warga Tasikmalaya, Jawa Barat yang kesehariannya bekerja di rumah hiburan karaoke E-Plaza Semarang. Perempuan tersebut melakukan aksi bunuh diri di salah satu kamar mes milik tempat hiburan tersebut. Dari hasil pemeriksaan pihak berwajib diketahui bahwa korban memiliki masalah yang menyebabkan ia depresi.
Kasus bunuh diri karena tekanan pekerjaan yang terjadi pada perempuan juga banyak terjadi di Jepang. Isu Kesehatan mental bagi perempuan memang tidak bisa dianggap sepele. Beban pekerjaan, hubungan antar karyawan dan kurangnya partisipasi dai lingkungan sekitar dalam memberikan support pada perempuan dapat menjadi pemicu penyebab stres pada karyawan.
Inisiatif Peran Perempuan dalam Melawan Isu Kesehatan Mental
Praktik baik lembaga yang menyediakan program konseling sangatlah berdaya guna dan perlu terus digalakkan untuk menangani isu kesehatan mental. Konseling bagi karyawan, khususnya perempuan sangatlah tepat untuk menguraikan permasalah terkait pekerjaan dan mengurangi stres karena berbagai problem yang dialami. Hal tersebut karena karyawan merasa terbantu dalam menjaga keseimbangan hidup, menemukan resolusi konflik yang berdampak pula pada performa kerja.
Konseling sebagai upaya pencegahan dan pemulihan kesehatan mental sangat penting untuk dilakukan. World Health Organization (WHO) mencatat, 15 persen orang berusia kerja di seluruh dunia memiliki gangguan mental. Artinya, empat ratus sembilan puluh delapan juta orang berjuang setiap hari dengan gangguan mental.
Women support women salah satu yang memiliki aksi nyata dengan memberikan dukungan dan solidaritas bagi sesama perempuan. Gerakan ini memberdayakan perempuan dalam banyak aspek kehidupan. Salah satunya adalah aspek kesehatan. Gerakan tersebut tidak berhenti sampai disini karena membutuhkan kerja sama dari banyak pihak.
Perempuan yang berdaya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Adanya partisipasi dari berbagai pihak seperti hadirnya orang-orang terdekat (keluarga, sahabat, tenaga kesehatan) dapat memberikan kebaikan, tidak hanya untuk perempuan saja, namun juga untuk laki-laki dan masyarakat. Kerjasama semua pihak dapat mempermudah terwujudnya hidup yang lebih sehat.
Selama ini Women support women mendorong partisipasi yang bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: mengedukasi diri terkait tubuh dan masalah kesehatan perempuan, mendengarkan pendapat perempuan, memberi ruang bagi perempuan untuk mengambil keputusan atas tubuh dan kesehatannya, mendorong terbentuknya regulasi yang mendukung kesehatan perempuan baik fisik maupun mental.
Mengingat bahwa kesehatan mental menjadi komponen penting dalam kesehatan masyarakat, maka gerakan perempuan dalam memperjuangkan isu-isu kesehatan mental seperti di atas harus banyak mendapatkan dukungan. Pemberi kerja yang memiliki program kesejahteraan karyawan dengan memberikan konseling kesehatan mental juga menjadi praktik baik yang perlu diapresiasi, khususnya konseling yang ditujukan bagi perempuan sebagai sarana pencegahan dan pemulihan terhadap kesehatan mental yang dialami.