Friday, November 22, 2024
spot_img
HomeOpiniMenjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri : Bertukar Peran...

Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri : Bertukar Peran Demi Kehidupan Keluarga

Kabupaten Indramayu menjadi salah satu kota yang menyumbang Tenaga Kerja Wanita (TKW) paling banyak di Jawa Barat. Secara eksplisit, sebagian besar perempuan Indramayu memutuskan untuk bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Asing (TKA) atau Tenaga Kerja Wanita (TKW). Bahkan di lingkungan internal saya pun, seperti beberapa tante saya memilih untuk bekerja di luar negeri. Menjadi

TKW di beberapa negara baik Asia dan Timur Tengah, seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Korea, Arab Saudi, Mesir, dll. Profesi yang biasanya mereka geluti adalah sebagai Asisten Rumah Tangga (ART), Baby Sitter, Nanny Care, bahkan tidak jarang ada yang menjadi buruh di pabrik.  Secara umum, Tenaga Kerja Wanita/ Tenaga Kerja Asing adalah seseorang yang memiliki izin  untuk bekerja di suatu negara dengan memegang visa dan diakui oleh keimigrasian negara tujuan.

Sedangkan, Menurut Pasal 1 bagian ( 1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Menjadi seorang pekerja perempuan di negara lain bukanlah sebuah kesalahan atau aib, bukan juga sebagai permasalahan sosial.

Akan tetapi, stigma ini terus melekat kepada perempuan Indramayu, meskipun banyak sekali pekerja perempuan di luar negeri dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Indramayu, jumlah TKI asal  Kabupaten Indramayu pada 2017 mencapai 17.658 orang.

Dari jumlah tersebut, 14.667 orang di antaranya adalah perempuan. Kepala Disnaker Kabupaten Indramayu, Sri Wulaningsih menuturkan, setiap tahunnya jumlah TKI asal Kabupaten Indramayu memang meningkat. Bahkan, Kabupaten Indramayu dan Lombok kerap saling susul-menyusul menduduki posisi pertama pengirim TKI terbanyak dibanding daerah lainnya di Indonesia.

Dari data diatas menunjukan bahwa minat dan kemauan perempuan Indramayu sangat kuat  untuk siap bekerja dan mengadu nasib di negeri orang. Namun disini, kita tidak bisa mengatakan sebagai suatu kebanggaan. Tentu saja akan ada dampak positif dan negatif dari keputusan mereka memilih bekerja di luar negeri. Adapaun motif dan latar belakang yang membuat perempuan ini memilih bekerja di luar negeri adalah faktor ekonomi, faktor pendidikan, dan faktor sosial budaya. 

Dalam sebuah Jurnal yang berjudul “Rasionalitas Masyarakat Indramayu Dalam Memutuskan Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW): (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Arahan Kidul Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu)”, masyarakat Indramayu khususnya perempuan dalam memutuskan untuk bekerja di luar negeri dengan faktor utama perempuan Indramayu berbondong-bondong ke luar negeri menjadi TKW adalah karena ekonomi yang sulit.

Lalu mengapa didominasi oleh perempuan? karena perempuan cenderung lebih ramah dalam melakukan pekerjaan. Artinya perempuan sangat diandalkan dan tidak jarang perempuan sangat teliti dan detail, sehingga majikan yang memperkerjakan merasa senang karena semua kerjaan tertata rapih.

Hal ini adalah sebuah hal yang sama sekali tidak memalukan. Karena disini, perempuan telah berani mengambil peran dan risiko besar dalam strata masyarakat yang patriarki. Indonesia sendiri masih mengemban keras sistem patriarki dimana perempuan hanya boleh bekerja di sektor logistik, namun hal ini membuktikan bahwa perempuan mampu keluar dari persepsi tersebut.  Ya, meskipun pekerjaan di negeri orang pun menjadi ART/Baby Sitter.

Namun, di sini yang membuat saya kagum adalah pertama, perempuan memiliki keberanian untuk take risk/mengambil risiko merantau ke luar negeri, artinya adalah mereka mempunyai tekad dan pemikiran terbuka. Kedua, perempuan telah mengambil alih untuk ikut serta mencari nafkah, jadi labeling untuk suami tugasnya mencari nafkah dan istri dirumah tidak berlaku bagi seorang TKW. Ketiga, perempuan merasa berdaya karena selain mereka mendapatkan pekerjaan, mereka juga mendapatkan bekal dan kesempatan untuk belajar bahasa asing sesuai negara yang dituju, mereka memiliki pengalaman di negara lain, mengetahui dan melihat kultur, perubahan, dan teknologi canggih di negara lain.

Secara eksplisit tidak ada yang mengindikasi bahwa menjadi TKW adalah sebuah tindakan yang memalukan, namun disini kita harus bisa melihat dengan kacamata realita yang ada. Bahwa menjadi seorang TKW adalah sebuah peran yang penuh resiko dan tanggungjawab, tatkala mereka harus berjuang di negara orang demi mencari pundi-pundi untuk mereka survive bersama keluarganya.

Jadi, disini yang perlu diperbaiki dan menjadi PR besar untuk negara kita dan khususnya pemerintah Kabupaten Indramayu harus tegas dalam memberikan perlindungan bagi tenaga kerja kita yang bekerja di luar negeri. Lalu, kita sebagai masyarakat moderat harus bisa melihat dan memiliki perspektif yang terbuka dalam segala persoalan dari berbagai sisi. Jangan pernah menilai dan meremehkan dengan rendah jerih payah seseorang, kita tidak pernah tahu ada berapa perut yang harus mereka beri makan, ada berapa nafas yang harus mereka nafkahi. 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments