Beberapa waktu lalu saya berkesempatan bertemu dengan Nabila Ishma, seorang social activist dan juga content creator dalam kegiatan yang diadakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) yang berjudul “Aksi dan Kolaborasi Pentahelix: Penguatan Media dan Pers dalam Pencegahan dan Respon Kekerasan Berbasis Gender (KBG) ” yang berlangsung secara hybrid di Santika Premiere Hayam Wuruk Jakarta (30/09/24).
Kegiatan ini melibatkan lima pilar untuk bersinergi yaitu pemerintah, masyarakat, akademisi, media, dan pelaku usaha. Salah satu narasumbernya ada Nabila Ishma sebagai perwakilan generasi muda dalam penguatan media khususnya di media sosial terkait pencegahan berbasis gender.
“Media sosial menjadi media yang identik digunakan oleh milenial dan gen Z untuk menyebarluaskan konten serta menjadi salah satu cara yang efektif dalam keberhasilan suatu campaign. Namun perlu digaris bawahi, keberhasilan dari konten ini apakah digunakan untuk hal yang baik atau justru sebaliknya” ungkap Nabila saat membuka sesinya.
Gadis sampul 2016 ini menyampaikan bahwa saat ini sangat mudah sekali membuat konten. Tinggal membuka hp, take video, take foto, membuat content. Apalagi saat ini sudah banyak aplikasi editing content yang memudahkan siapapun untuk membuat konten. Termasuk khususnya perempuan di daerah dengan akses internet yang terbatas dan dengan berbagai latar belakang.
Tentunya sangat baik jika sosial media juga digunakan untuk menyebarluaskan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan kekerasan berbasis gender hingga viral atau istilah saat ini fyp (for your page). “Namun untuk mencapai fyp, kita perlu mengetahui bagaimana caranya mengemas informasi terkait pencegahan KBG dengan baik agar isi dari konten tersebut dapat tersampaikan dengan baik pula kepada audiens.” lanjut Nabila.
Berikut adalah tips bermedia sosial yang baik, berkualitas, dan bijak ala Nabila Ishma terkait pencegahan KBG:
Pertama, tentukan niche yang mau dipilih. Nabila mencontohkan niche ini dengan akun personalnya yang ia branding dengan niche pendidikan dan juga fashion. Tentunya dengan niche edukasi sangat memungkinkan untuk pengguna sosial membagikan konten yang berisikan tentang pencegahan KBG.
Kedua, gunakan konten yang sedang tren atau viral untuk menyisipkan kampanye terkait pencegahan KBG. Misal yang mudah viral adalah konten dance, komedi, atau parodi. Konten-konten tersebut tentu dengan mudah masuk fyp dengan viewers dan jumlah like yang banyak.
Sebaliknya untuk konten yang berisi tentang edukasi maupun inspiratif cenderung sulit masuk fyp. Hal ini sebetulnya menunjukkan minat literasi dan minat bersosial media di Indonesia yang mana pengguna media sosial lebih banyak yang menggunakan media sosial untuk kegiatan yang sifatnya menghibur daripada edukasi.
Oleh sebab itu, dengan menyisipkan nilai-nilai pencegahan KBG pada konten yang sedang tren dapat menjadi langkah yang efektif sehingga konten yang diproduksi diminati oleh pengguna medsos.
Ketiga, ketahui workflow media sosial yang akan digunakan untuk mengangkat isu pencegahan KBG. Membuat konten tidak semudah take video, viral lalu sudah. Tetapi pembuat konten harus mengerti workflownya yaitu content creation, content publishing, listening and response, analyzing and comparing. Termasuk halnya ketika pembuat konten ingin membuat konten yang membahas tentang perdamaian dan keamanan dalam perspektif perempuan misalnya.
Content creation adalah proses dimana creator mencari ide, membuat konten yang disesuaikan dengan brief hingga mengeditnya. Proses selanjutnya yaitu content publishing yang mana creator perlu mengetahui konten yang dibuat harus diunggah di platform apa, menggunakan hastag apa, hingga membaca algoritma dari platform tersebut.
Proses selanjutnya adalah listening and response yang bermakna bahwa konten yang baik adalah konten yang dibutuhkan oleh audiens bukan konten yang ingin kita buat sesuka hati. Sehingga penting bagi kita untuk mendengarkan respon audiens dari jumlah like yang didapat serta komentar followers baik positif atau negatif apakah konten tersebut relevan dengan followers atau tidak.
Analyzing and comparing adalah proses evaluasi dari konten yang dibuat melalui fitur insight. Dari fitur ini, creator dapat mengevaluasi hingga membuat content planning untuk satu bulan ke depan khususnya terkait pencegahan KBG. Comparing sendiri adalah proses ATM (Amati Tiru Modifikasi) yang mana penting bagi creator untuk mempelajari konten serupa dari creator lain yang membahas isu senada.
Tips literasi media sosial yang keempat adalah untuk mencapai fyp, creator perlu memasukan formula konten yang tepat dari keempat nilai ini, bisa salah satu atau beririsan yaitu menginformasikan nilai dari produk pada audiens, memberikan hiburan yang relevan untuk audiens, membangun komunikasi dua arah melalui konten interaktif, dan memberikan edukasi yang relevan pada audiens. Formula konten lainnya juga bisa dibuat dengan pendekatan AIDA atau Awareness, Interest, Desire, dan Action.
Jika konten yang dibuat adalah video, pastikan untuk creator memperhatikan hal-hal berikut ini:
- Menjadi Story Teller
- Menggunakan Judul dan Thumbnail yang menarik
- Mobile Friendly
- Membuat lonjakan ketertarikan di awal video
- Menempatkan CTA di waktu yang tepat
- Informatif
- Berkolaborasi
Cara kolaborasi yang dapat digunakan oleh pembuat konten di media sosial khususnya bagi creator perempuan di daerah adalah dengan masuk ke komunitas creator di daerahnya sehingga tetap terkoneksi satu sama lain meskipun tentu ada keterbatasan seperti jaringan internet atau jarak antar daerah.
Kedua, menggunakan supers atau teks pada konten baik saat menggunakan bahasa daerah atau untuk menerjemahkan bahasa daerah tersebut. Sehingga siapapun yang melihat kontennya dapat mengerti isi yang disampaikan dalam konten tersebut. Ketiga berkolaborasi dengan lintas organisasi.
Keempat konten yang diproduksi diunggah dengan menautkan kolaborasi pada akun-akun yang berkaitan. Seperti halnya program Podcast SAPA dari KPPPA yang menjadikan Nabila sebagai host dengan mengundang berbagai narasumber yang kapabel dibidangnya.
Terakhir, tips literasi media sosial terkait upaya pencegahan KBG ala Nabila Ishma adalah creator harus bermedia sosial dengan tutur kata yang sopan, informasi dalam konten telah tervalidasi sumbernya dan tidak hoaks, wajib memiliki tujuan dan memasukkan nilai-nilai edukasi dalam setiap konten, bersikap peduli/aware dengan isu yang ada di lingkungan sekitar, melakukan check & recheck pada konten yang akan dan sudah dipublikasikan.