Krisis iklim menjadi tantangan global yang membutuhkan solusi inklusif dan berkelanjutan. Dalam upaya mencari jalan keluar atas permasalahan ini, pemberdayaan dan partisipasi perempuan menjadi elemen yang tak dapat diabaikan. Peran perempuan dalam berbagai sektor kehidupan memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya melindungi lingkungan dan membangun masa depan yang lebih baik. Misalnya, dalam bidang pertanian, perempuan memegang peran penting untuk memastikan tanaman terawat dan dapat dipanen dengan baik.Â
Seperti yang dilakukan oleh perempuan adat di tanah Kalimantan, perempuan Dayak Bengawan memanfaatkan hutan sebagai sumber penghidupan dengan memanfaatkannya sebagai tempat bercocok tanam. Para perempuan adat berperan penting dalam mengolah hasil panen seperti padi, jagung, labu, dan sayuran lainnya. Selain itu, hasil hutan menjadi penopang mata pencaharian masyarakat Dayak Bengawan. Seluruh kehidupan masyarakat Dayak Bengawan khususnya perempuan adat sangat bergantung dengan hasil kebun dan hutan.
Perempuan Sebagai Pihak Rentan akibat Krisis Iklim
Namun, perempuan sering kali tidak memiliki akses yang setara terhadap sumber daya, teknologi, dan hak atas tanah. Ketimpangan ini tidak hanya mempengaruhi hasil pertanian tetapi juga ketahanan pangan. Perempuan adat menjadi pihak yang sangat rentan ketika hutan adat mengalami kerusakan. Perempuan adat tidak dapat melawan kekuasaan kapitalis, tidak memiliki hak atas masalah perizinan pengusahaan lahan karena didominasi oleh laki-laki, dan masih mengalami kekerasan gender serta hilangnya sumber pengetahuan dalam pengelolaan lahan. Di Indonesia sendiri, masyarakat adat seringkali harus menghadapi kerusakan lingkungan terutama pada hutan adat karena pembangunan industri ekstraktif yang dilakukan secara besar-besaran.
Tidak hanya permasalahan pengelolaan hutan adat, krisis iklim yang terjadi saat ini juga membuat perempuan adat menjadi korban yang rentan. Para perempuan adat tidak dapat mengambil hasil alam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kerusakan alam dan lingkungan akibat dampak dari krisis iklim semakin mengikis hasil alam dan membuat para perempuan adat untuk berusaha lebih keras lagi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Seringkali, perempuan juga masih mengalami kekerasan berbasis gender karena dianggap tidak becus dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah kondisi alam yang rusak yang tidak dapat memberikan hasil alamnya untuk dinikmati oleh manusia.
Pendidikan dan Partisipasi Perempuan dalam Menghadapi Krisis Iklim
Selain itu, pendidikan bagi perempuan memainkan peranan penting dalam menghadapi krisis iklim. Pendidikan membuka peluang yang lebih luas, memungkinkan perempuan membuat keputusan yang lebih baik untuk masa depan, termasuk dalam perencanaan keluarga. Dengan akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi, perempuan dapat merencanakan jumlah dan waktu kelahiran anak, yang dapat membantu mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam. Kombinasi antara pendidikan dan perencanaan keluarga dapat memberikan kontribusi besar terhadap pengurangan emisi global. Pilihan ini tidak hanya memberikan manfaat pribadi bagi perempuan tetapi juga berdampak pada keberlanjutan lingkungan secara keseluruhan.
Pada bidang kepemimpinan, perempuan memiliki potensi untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan berdampak luas. Meskipun keterwakilan perempuan dalam posisi pengambil keputusan masih rendah, perempuan cenderung mempertimbangkan kebutuhan komunitas yang lebih luas dalam setiap keputusan yang dibuat. Dalam konteks krisis iklim, perspektif ini penting untuk merancang kebijakan yang tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Kehadiran perempuan dalam forum-forum strategis dapat memperkuat upaya kolektif dalam mengatasi tantangan iklim sekaligus memastikan bahwa suara setiap individu didengar dan dihargai.
Mama Aleta Baun contohnya, beliau merupakan perempuan pemimpin tanah adat Mollo yang menggerakkan para perempuan lainnya untuk melawan tambang dengan cara menenun. Kegiatan itu diyakini dapat menyelamatkan alam yang mulai rusak akibat dampak pertambangan. Bagi masyarakat dan perempuan Mollo, hutan merupakan tempat untuk mereka bergantung mempertahankan hidup. Oleh karenanya, menjaga air, udara, tanah, dan hasil hutan merupakan harga mati yang tidak dapat ditawar lagi.
Pemberdayaan Perempuan Melahirkan Partisipasi Perempuan
Pemberdayaan perempuan merupakan jalan menuju keberlanjutan. Adanya dukungan akses yang setara di berbagai bidang, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, serta menghilangkan hambatan struktural yang ada, tidak hanya menciptakan masyarakat yang lebih adil tetapi juga membangun dunia yang lebih mampu menghadapi ancaman krisis iklim. Perempuan merupakan bagian penting dari solusi, dan hanya dengan melibatkan perempuan secara penuh dapat mencapai masa depan yang lebih baik bagi semua masyarakat.