Libur lebaran nampaknya menjadi momen yang paling diburu oleh produsen film untuk menawarkan film-film lokal di layar bioskop. Selain film horor yang masih menjadi genre favorit, film komedi keluarga juga banyak diminati, salah satunya adalah “Gara-gara Warisan”.
Film yang ditulis Muhadkly Acho dan diproduseri oleh Ernest Prakasa dan Chand Parwez Servia ini berkisah tentang tiga bersaudara yang tak akur dan tinggal di kota berbeda. Anak pertama, kedua, dan ketiga berturut-turut bernama Adam (Oka Antara), Laras (Indah Permatasari), dan Dicky (Ge Pamungkas). Dengan karakter ketiganya yang bertentangan satu sama lain, sang ayah, Dahlan (diperankan oleh Yayu Unru) yang mulai sakit pun memikirkan cara untuk membuat mereka mulai berdamai.
Cara yang ia tempuh yaitu dengan meminta mereka bergantian mengurus guest house yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian keluarga. Tak tanggung-tanggung, yang terbaik manajemennya akan diwariskan rumah penginapan tersebut dan berhak atas keuntungan operasionalnya. Mendengar tawaran menggiurkan tadi, ketiga anak meresponnya dengan antusias. Masing-masing dari mereka mencari cara agar dapat menarik simpati para karyawan penginapan yang nantinya akan memilih siapa yang terbagus dari tiga bersaudara itu.
Selanjutnya, kita akan diperlihatkan bagaimana Adam berupaya memaksimalkan pelayanan, Laras memilih menaikkan pelanggan lewat promosi digital, dan Dicky terus berupaya menyenangkan staf dengan mentraktir makanan yang mereka suka. Meski bergenre drama, penonton tidak akan disajikan oleh cerita berliku seperti sinetron layar kaca. Justru unsur komedinya bisa berjalan beriringan dengan aspek dramanya.
Bahkan bisa dibilang Muhadkly Acho, sutradara film ini berhasil mengaduk-aduk emosi penonton menjadi naik turun karena perpindahan sedih dan tawanya mengalir renyah. Bagaimana tidak, ada suatu adegan yang sangat dramatis dan membuat penonton emosional. Kemudian sepersekian detik, tiba-tiba saja emosi penonton berubah menjadi tawa akibat kelakuan para tokoh yang dimainkan oleh para aktor dan aktrisnya.
Penempatan unsur komedi yang selalu memiliki momen tepat juga merupakan salah satu keunggulan dari film yang digarap di Lembang, Jawa Barat ini. Tak hanya mampu mengubah emosi penonton dari haru biru, tapi juga mampu menghadirkan hiburan di kala adegan serius menghentakkan pemikiran penikmat film. Faktor tersebut dapat dioptimalkan dengan baik tak hanya karena dibalut oleh para sineas yang juga stand up comedian, tapi juga disebabkan oleh tangan dingin comedy consultant.
Poin plus lain dari film ini adalah tema dan dialog yang mungkin akan sangat relevan dengan kehidupan banyak orang. Dengan mengangkat serah terima guest house menjadi warisan sebagai konflik utamanya, film ini mampu menghadirkan isu keluarga yang sangat realistis. Setiap permasalahan yang dialami oleh para karakternya terasa dekat dan dialognya mungkin kerap menjadi makanan sehari-hari kita.
Tak hanya itu, metode dan pendekatan penyelesaian dari setiap konflik personal yang dialami para karakternya juga terasa sangat masuk akal. Meski ending film mudah ditebak, namun yang patut diacungi jempol adalah kemampuan apik para pemain dalam mendalami karakter tokoh yang dimainkan. Mereka semua terlihat memberikan upaya terbaik untuk menciptakan drama berliku keluarga yang dinamis.
Di samping itu, proporsi yang diambil juga seimbang, tidak ada pemain yang jauh lebih menonjol dari pada yang lain. Sehingga penonton dapat melihat keseimbangan pembagian peran yang merata di antara mereka. Di balik drama komedi ringan yang ditampilkan, “Gara-gara Warisan” sejatinya menyimpan makna dalam tentang dinamika hubungan keluarga yang kompleks, dari gaya pendekatan orangtua ke anak, hingga manajemen bisnis keluarga.
Tak hanya membagikan momen-momen konflik yang menguras emosi, film produksi Starvision Plus ini juga memukau penonton dengan banyak adegan menggelitik yang sayang untuk dilewatkan. Pesan-pesan menyentuh yang ingin disampaikan pun tersaji ciamik tanpa terkesan menggurui. Bahkan beberapa adegan justru memperlihatkan sisi paling manusiawi dari sikap dan perilaku tokoh-tokohnya.
Peran protagonis pun ditunjukkan bahwa mereka acap kali tak berdaya dengan kondisi personal yang dialami, hingga berpengaruh pada keputusan yang diambil. Terakhir, film debut Komedian Acho ini juga mengingatkan kita bahwa bahwa stigma warisan adalah faktor pemecah belah hubungan keluarga tidak selalu benar. Warisan dalam hal ini guest house justru mampu menghadirkan kembali kehangatan yang menghilang usai terjadi konflik hebat dalam keluarga.