Thursday, December 26, 2024
spot_img
HomeFilmResiliensi Sarah dalam Film Girl in The Basement

Resiliensi Sarah dalam Film Girl in The Basement

Kekerasan pada perempuan dalam rupanya belum berakhir sampai sekarang. Dilansir oleh Komnas Perempuan, terdapat 401.975 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di Indonesia. Tentu hal ini masih memicu problematik mengapa kekerasan silih berganti terus berulang lagi, menandakan bahwa negara Indonesia masih belum menyentuh isu perempuan secara menyeluruh.

Salah satu film yang memiliki keterhubungan dan bisa menjadi refleksi terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga adalah “Girl in the Basement”. Film yang dirilis pada tahun 2021 ini merupakan sebuah karya sinematik yang menggetarkan jiwa dan menyentuh sisi gelap kemanusiaan. Terinspirasi dari kisah nyata, film ini menggambarkan sebuah tragedi mengerikan tentang penganiayaan, kekerasan, dan pengkhianatan yang terjadi di dalam lingkungan keluarga. Film ini memperlihatkan orang terdekat yang menjadi pelaku kekerasan. 

Tragedi di Balik Pintu Terkunci

Berawal dari kisah Sarah, seorang gadis muda yang penuh dengan harapan akan kebebasan dan masa depan yang cerah. Namun di lain sisi, ia pun juga merupakan seorang remaja yang hidup di bawah kendali ayahnya, Don. Don adalah seorang pria otoriter yang selalu mengawasi dan mengontrol hidup keluarganya, terutama Sarah. 

Ketika Sarah menunjukkan tanda-tanda pemberontakan dengan rencana kabur dari rumah untuk hidup lebih bebas setelah ulang tahunnya, Don membuat keputusan yang mengerikan. Ia menyekap Sarah di ruang bawah tanah rumah mereka. Mimpi-mimpi Sarah pun hancur karenanya.

Sarah hidup di ruang bawah tanah tersebut selama bertahun-tahun, menghadapi pelecehan fisik dan seksual dari ayahnya. Dalam periode yang mengerikan itu, Sarah melahirkan beberapa anak dari ayahnya sendiri, sementara keluarganya di lantai atas tidak menyadari kengerian yang terjadi di bawah rumah mereka.  Sarah pun hanya bisa bertahan dalam keterasingan total.

Ibu Sarah diberi tahu bahwa Sarah telah melarikan diri. Sesekali ia sempat mendengar suara-suara aneh dari bawah tanah, namun Don selalu berhasil mempertahankan kebohongannya dengan berbagai alasan. Sehingga tidak ada yang pernah tahu keberadaan Sarah selama belasan tahun lamanya.

Resiliensi Sarah Menghadapi Tekanan

Di lain sisi kengerian dan penderitaan dalam film ini, ada beberapa aspek resiliensi yang Sarah tampakkan. Pertama adalah daya tahan emosional dan mental. Sarah menunjukkan ketahanan emosional yang luar biasa, terutama dalam menghadapi trauma yang terus-menerus. Meski berada dalam situasi yang sangat menekan, dia berusaha bertahan secara mental, menemukan cara untuk tetap waras dan bahkan beradaptasi dengan kondisi yang tidak manusiawi.

Kedua adalah perannya sebagai seorang ibu di tengah keterbatasan. Saat dia hamil tua dan akan melahirkan, ia hanya berbekal sebuah buku untuk tahu bagaimana cara melahirkan dengan benar. Saat merawat anak untuk pertama kali, ia pun juga hanya berbekal buku untuk tahu apa saja hal-hal yang harus ia lakukan. 

Sarah benar-benar berjuang untuk memberikan perawatan dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Ketekunan Sarah dalam mengasuh dan melindungi anak-anaknya menunjukkan ketangguhan seorang ibu yang ingin memberikan kehidupan yang lebih baik bagi generasi berikutnya, meskipun ia sendiri dalam keadaan tidak berdaya.

Selain itu, Sarah juga memiliki ketahanan terhadap tekanan psikologis. Meskipun ia telah terisolasi dari dunia luar dan menghadapi ancaman setiap hari, Sarah mampu menemukan cara untuk tidak menyerah pada rasa putus asa. Ketahanan mentalnya teruji ketika ia mencoba untuk tidak membiarkan ayahnya mengendalikan seluruh identitas dan martabatnya, meskipun ia tidak memiliki kekuatan fisik untuk melawan.

Untuk bertahan hidup sekalipun, Sarah banyak belajar bagaimana beradaptasi dengan kondisi yang ada, termasuk mencari cara untuk tetap sehat secara fisik dan mental. Kemampuan ini menunjukkan bentuk lain dari resiliensi, di mana dia tidak membiarkan lingkungannya menghancurkan dirinya secara total.

Pentingnya Dukungan dan Kesadaran Masyarakat

Kisah Sarah dalam film Girl in the Basement juga menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga. Sering kali, masyarakat atau tetangga mungkin melihat tanda-tanda kecil dari kekerasan, tetapi tidak mengambil tindakan karena tidak ingin terlibat. Dengan ini, ada beberapa hal yang bisa masyarakat lakukan untuk memperkuat respons ketika berhadapan dengan kekerasan dalam rumah tangga. 

Pertama adalah meningkatkan kesadaran dan pendidikan publik. Salah satu caranya adalah melakukan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang KDRT, termasuk bagaimana mengenali perilaku KDRT seperti isolasi yang berkepanjangan atau perubahan perilaku yang signifikan. Selanjutnya bisa dengan meningkatkan akses ke layanan pendukung dan perlindungan bagi korban KDRT. Seperti rumah aman (shelter), konseling, serta layanan kesehatan yang harus mudah diakses.

Ketiga adalah pendidikan dan pelatihan untuk penegak hukum dan tenaga kesehatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kelalaian dalam menangani kasus-kasus KDRT. Penegak hukum dan tenaga kesehatan perlu tahu cara mengenali tanda-tanda KDRT dan bagaimana menanganinya secara empatik serta profesional. Dalam kasus seperti Girl in the Basement, pelatihan semacam ini dapat membantu mereka menindaklanjuti laporan-laporan atau tanda yang mengindikasikan kemungkinan KDRT secara lebih efektif.

Dan yang terakhir adalah peran komunitas dalam pencegahan KDRT. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya kekerasan. Dalam film ini, pengabaian lingkungan sekitar menunjukkan bahwa sikap tidak peduli bisa berakibat fatal bagi korban. Masyarakat dapat berperan sebagai pengawas yang peduli dan peka terhadap kebutuhan sesama, serta memiliki keberanian untuk melaporkan kecurigaan terkait kekerasan atau penyimpangan lainnya.

Sebuah Harap Melawan KDRT

Demikian ini, film Girl in the Basement tidak hanya menyentuh sisi gelap kemanusiaan, tetapi juga menjadi refleksi yang kuat tentang kekerasan dalam rumah tangga, trauma psikologis, dan ketidakberdayaan korban. Film ini menyoroti pentingnya sistem dukungan yang kuat untuk korban, serta kesadaran masyarakat akan tanda-tanda kekerasan yang sering tersembunyi di balik dinding rumah. Melalui kisah Sarah, kita diingatkan akan bahaya kekuasaan yang disalahgunakan dan pentingnya harapan serta ketahanan dalam menghadapi kegelapan. Sehingga penting bagi kita untuk lebih peduli, waspada, dan bertindak ketika melihat ketidakadilan di sekitar kita.

Firda Rodliyah
Firda Rodliyah
Firda lahir dan besar di kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Ia seorang guru Bimbingan dan Konseling di sebuah sekolah. Ia menulis narasi, opini, sesekali refleksi dll. Beberapa tulisannya bisa dibaca di media seperti mubadalah.id, harakatuna.com, arrahim.id, dan yang lainnya. Sedangkan blog pribadi bisa diakses di daifirda.blogspot.com.
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments