Sunday, September 8, 2024
spot_img
HomeFigurFigur NasionalPengalaman Uci Menguatkan Masyarakat bersama PW Fatayat NU Sulawesi Selatan

Pengalaman Uci Menguatkan Masyarakat bersama PW Fatayat NU Sulawesi Selatan

“… latihan keterampilan kepemimpinan sangat baik untuk peningkatan kualitas hidup perempuan.”

-Attahiria Nas-

Setiap individu maupun kelompok pasti pernah bangkit dari kesulitan dalam kerentanan, untuk kembali pada kondisi lebih baik lagi. Terlebih jika pernah mengalami paparan radikalisme dan ekstremisme. Termasuk yang dilakukan Attahiria Nas, S.E, MM, biasa dipanggil Uci, baik secara personal maupun profesional selaku wakil ketua I Fatayat Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama di Sulawesi Selatan (PW Fatayat NU Sulsel).

Menurut perempuan kelahiran Balang Parang, 20 April 1976 ini, jika terjadi kerentanan radikalisme dan ekstremisme di lingkungan tempat tinggalnya, seseorang akan mudah mendapat informasi terbaru karena penduduk sekitarnya masih keluarga. Di desa Pa’rappunganta, Polongbangkeng Utara, Takalar, Sulawesi Selatan tempat Uci tinggal, sempat terdapat seorang pria yang terpapar pemahaman radikalisme dan ekstremisme. Perilakunya berubah, ia jarang pulang ke rumah, lebih sering diam dan tidak bergaul, sehingga keluarganya menelusuri perubahan sikap ini di toko tempat pria tersebut bekerja. Setelah ditelusuri dan dinyatakan masuk dalam catatan masyarakat terpapar paham radikal dan ekstremisme, pihak berwajib menanganinya dengan sigap dan pria tersebut pun direhabilitasi. 

Uci, yang juga pernah menjadi komisioner Komisi Pemilihan Umum di kabupaten Takalar, meyakini bahwa paparan paham radikalisme dan ekstremisme tersebut berasal dari faktor ekonomi yang tidak sehat serta lemahnya iman atau pengetahuan minim dalam beragama. Sehingga ia merasa beruntung bahwa semua pengurus dan anggota Fatayat PWNU Sulsel merupakan lulusan sarjana dengan pengetahuan agama yang baik serta tergolong ekonomi menengah ke atas, sehingga kemungkinan mereka terpapar paham radikalisme dan ekstremisme tampaknya sangat minim.

Meski begitu, lingkungan organisasinya tetap resah terkait isu yang mengganggu masyarakat tersebut. Bersama dengan beberapa pengurus Fatayat NU tingkat kota maupun kabupaten Sulsel, Uci berdiskusi mengenai pendekatan kelompok radikal dan ekstrem yang sangat intens dan masif di masyarakat. Salah satu kekhawatiran mereka adalah pendekatan pihak ekstrimis terhadap perempuan baik secara individu maupun berkelompok.

Bagaimanapun Uci bersama PW Fatayat NU Sulsel memiliki strategi dan pendekatan khusus untuk mencegah paham radikalisme dan ekstremisme. Didasari landasan Fatayat NU yaitu keagamaan, kekeluargaan, sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, pendekatan pertama adalah pendekatan keagamaan. Menggunakan dalil Al-Qur’an dan Hadits sebagai benteng utama diharapkan mampu menyadarkan masyarakat bahwa paham kelompok radikal dan ekstrimisme yang dilandasi kekerasan adalah paham yang tidak baik. Pendekatan berbasis agama juga cenderung lebih mudah diterima oleh masyarakat karena dekat dengan keyakinan mereka.

Upaya kedua adalah pendekatan kekeluargaan dengan empati tinggi. Menurut Uci, kasus masyarakat yang terpapar paham radikalisme dan ekstrimisme disebabkan kurangnya perhatian keluarga dan empati masyarakat saat ada yang terkena musibah. Uci bersama PW Fatayat NU Sulsel menjalankan pendekatan kekeluargaan dengan berempati dan membantu menyelesaikan kendala dan musibah agar masyarakat tidak lantas menjadi sasaran empuk kelompok radikalisme dan ekstremisme.

(bersambung)

*

Kisah Uci selengkapnya beserta perempuan perdamaian lainnya didokumentasikan oleh AMAN Indonesia bersama She Builds Peace Indonesia dalam buku She Builds Peace Seri 1: Kisah-Kisah Perempuan Penyelamat Nusantara.

Banyak pembelajaran tentang agensi perempuan yang bisa ditemukan dengan membaca semua cerita di buku ini. Untuk mendapatkannya, bisa dipesan melalui link berikut bit.ly/pesanbukuSBPseri1.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments