“Perspektif gender dalam situasi bencana sangat diperlukan, agar kebutuhan dasar perempuan dan kelompok rentan lainnya dapat terpenuhi”
Dalam situasi darurat dan bencana, perempuan menjadi salah satu kelompok paling rentan. Tidak hanya ancaman nyawa dan kesehatan, kekerasan seksual juga seringkali mengancam perempuan di kondisi terdesak karena bencana. Kekhawatiran serupa menjadi perhatian Kusyani, ketua gerakan G4S Rescue, sehingga ia gencar menjalankan misi kemanusiaannya.
Lulus dari jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo, Kusyani sudah lama berorganisasi. Mulai dari organisasi Pramuka dan Karang Taruna, minatnya membantu banyak orang turut menjadikannya ketua bimbingan konseling pada himpunan mahasiswa selama berkuliah. Selain itu, ia juga pernah menjadi ketua siaga bencana dan ketua bidang masyarakat di Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim sebelum akhirnya menjadi ketua G4S Rescue.
Sebelum pendirian G4S Rescue, Kusyani telah menjalankan misi kemanusiaannya melalui gerakan Sibat Joyosuran. Selama 7 tahun, melalui komunitas tersebut ia telah memperjuangkan ketahanan pangan masyarakat di sekitar Joyosuran. Antara lain Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Joyosuran membagikan dan menyebarkan bibit lele gratis serta memperbaiki masalah sumur sumber air untuk meningkatkan penanaman lahan yang selama ini terbatas.
Hingga pandemi COVID-19 melanda, Sibat Joyosuran tetap konsisten melakukan kegiatan kemanusiaan mereka. Salah satu kegiatan yang disorot media adalah Jemuran Berbagi, dimana masyarakat berbagi bahan makanan dengan mereka yang membutuhkan. Namun Kusyani merasa bergantung pada Sibat Joyosuran saja tidak cukup. Selama pandemi COVID-19, ia ingin memperluas bantuan sampai ke luar kelurahan Joyosuran.
Harapan Kusyani diwujudkannya melalui G4S Rescue. Dicetuskan di tahun 2020, gerakan G4S Rescue diakui Kusyani sebagai kelompok yang lebih dari membantu sesama manusia. Menurutnya, sebanyak 55 orang yang tergabung di dalam gerakan tersebut juga diberikan edukasi sebelum turun ke lapangan untuk menolong orang lain. Mayoritas anggota G4S Rescue adalah anak-anak muda tanpa pekerjaan tetap dan tidak bersekolah. Mereka diajarkan konsep kemanusiaan dan kerelawanan yang penting untuk dipahami sebelum mampu menolong orang lain.
Kusyani berpendapat, setiap orang harus bermanfaat bagi sesamanya. Oleh karena itu, mereka yang tergabung di G4S Rescue harus sadar akan totalitas dalam memberdayakan sesama. Tidak hanya itu, edukasi untuk timnya juga memberi kesadaran tentang keamanan dalam kerelawanan. Kusyani menekankan penting bagi para relawan untuk menjamin keamanan dan keselamatan dirinya terlebih dahulu sebelum menolong orang lain.
(bersambung)
*
Kisah Kusyani selengkapnya beserta perempuan perdamaian lainnya didokumentasikan oleh AMAN Indonesia bersama She Builds Peace Indonesia dalam buku She Builds Peace Seri 1: Kisah-Kisah Perempuan Penyelamat Nusantara.
Banyak pembelajaran tentang agensi perempuan yang bisa ditemukan dengan membaca semua cerita di buku ini. Untuk mendapatkannya, bisa dipesan melalui link berikut bit.ly/pesanbukuSBPseri1.