Saturday, July 27, 2024
spot_img
HomeFilmMelihat Perjuangan untuk Melindungi Korban Konflik melalui Film Hotel Rwanda

Melihat Perjuangan untuk Melindungi Korban Konflik melalui Film Hotel Rwanda

Konflik Rwanda pada tahun 1994 silam, menjadi kenangan sejarah kelam yang tidak bisa dilupakan. Terjadinya konflik antara suku Tutsi dan Hutu menyebaban sebuah pembatanian kepada 8000 susku tutsi. Pembantaian itu dilakukan oleh sekelompok ekstremis Hutu yang dikenal sebagai Interhamwe. Melalui konflik nyata ini, film hotel Rwanda menggambarkan secara detail, bagaimana ketegangan yang terjadi pada saat itu. Film ini diangkat dari kisah nyata  yang disutradai oleh Terry George dan diangkat melalui tulisan George dan Kier Pearson.

Film ini menceritakan perjuangan Paul Rusesabagina, seorang manajer hotel Sabena Hôtel des Mille Collines. Ia adalah seorang suku Hutu. Akan tetapi, istrinya, Tatiana, merupakan seorang yang berasal suku Tutsi. Pernikahan keduanya dianggap pengkhianat bagi para ekstremis Hutu. Sosok George Rutaganda, pemimpin Interhamwe, milisi yang anti tutsi, merasa bahwa, Paul adalah pengkhianat terhadap Hutu. Pada mulanya, suku Tutsi dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan suku Hutu. Hal ini yang mengacu pelbagai upaya dari suku Hutu untuk merebut tahta tertinggi di kalangan persukuan. Faktor ini yang juga membuat ketegangan di antara keduanya dan berlanjut pada pembantaian. 

Konflik keduanya terus meningkat dan semakin panas. Hal ini ditampilkan pada suatu malam pembantaian. Kondisi Rwanda benar-benar mencekam dan sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat ketika orang-orang terlihat sebagai suku tutski yang ditunjukkan dengan keberadaan KTP atau jenis identitas lainnya langsung dibunuh, disiksa dan sejenisnya. Peran Paul sebagai golongan masyarakat biasa sangat berjasa dalam konteks ini. Ia dan keluarganya berharap selamat dalam ketegangan itu. namun, tidak hanya keluarganya, ia justru menyelamatkan para tetangga dari mafia Hutu yang mencoba untuk menghabisi semua suku Tutsi. Ia membawa mereka ke hotelnya. Namun, lambat laun, semakin banyak pengungsi yang datang. Hal ini dikarenakan camp PBB penuh dan tidak ada keberpihakan pihak PBB terhadap suku Tutsi. 

Hotel kini beralih fungsi sebagai tempat pengungsian. Masyarakat secara spontan berdatangan untuk mendapatkan perlindungan dari Paul. Disinilah perannnya sangat besar dalam menbantu menyelematkan nyawa manusia dari kebrutalan para pembantai yang sudah dendam dengan suku Tutsi. Meskipun membantu banyak orang, Paul juga sangat memikirkan istri dan anaknya. Sebab mereka adalah orang yang juga diincar oleh para Interhamwe karena berasal dari suku Tutsi. Tidak hanya itu, peran Paul juga terlihat ketika ia harus mencari persediaan makanan untuk kebutuhan para pengungsi agar tetap hidup. Sekitar 800 orang mengungsi di hotel itu, dan ia berusaha keras agar mereka tetap hidup dengan layak. 

Peran penjaga perdamaian PBB yang dipimpin oleh kolonel Oliver, tidak bisa melakukan tindakan apapun kepada interhamwe. Sebab mereka dilarang untuk ikut campur dalam masalah pembantaian ini. Dalam konteks ini, kita melihat ketidakberpahakan PBB dalam masalah Rwanda sangat terlihat. Seandainya PBB ikut turun tangan dalam konflik ini, pembantaian yang menewaskan hampir sejuta orang itu tidak akan terjadi, atau mungkin hanya menelan korban sangat sedikit. Ketidakberpihakan PBB dalam kasus Rwanda menjadi salah satu tantangan besar untuk meredam konflik ini. Sebab semuanya tidak terkontrol. Kemarahan terjadi dimana-dimana, korban yang berasal dari kalangan suku Tutsi berharap belas kasih dari Paul untuk diselamatkan dan diamankan. Ia adalah figur penyelamat yang memiliki kemampuan bernegosiasi cukup tinggi dalam meredam konflik.

Kisah Hotel Rwanda adalah pembelajaran cukup besar dalam konteks kebangsaan yang akan kita lakukan. Sebab konflik antar suku tidak hanya menelan satu korban. Akan tetapi akan merusak kemajuan negara itu sendiri. konflik antar suku tercipta dari ego individual dan ego kelompok yang belum selesai. Berusaha menjadi superior ddibandingkan dengan yang lain adalah awal mula kehancuran dari sebuah hubungan kelompok masyarakat. Film Hotel Rwanda menyajikan pembelajaran yang cukup berharga kepada kita semua untuk tetap memiliki sikap saling menghargai diantara perbedaan yang ada agar tidak terjadi perselisihan antara yang satu dengan lainnya.  Apalagi, Indonesia tidak hanya terdiri dari 2 suku saja, namun banyak suku beragam. Menjaga pola hubungan yang baik dengan saling menghargai adalah kewajiban individu/ masing-masing kelompok.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments