Friday, December 6, 2024
spot_img
HomeFilmLike and Share, Mengupas Kekerasan Seksual pada Remaja

Like and Share, Mengupas Kekerasan Seksual pada Remaja

Kisah persahabatan yang tidak bisa dipisahkan pada anak remaja menjelang dewasa (masa SMA) merupakan fase hubungan yang cukup labil. Potret ini ditampilkan oleh hubungan Lisa dan Sarah dalam film “Like and Share”. Tidak hanya bercerita tentang kehidupan remaja dengan hubungan asmaranya, film ini juga menceritakan kisah kekerasan seksual yang dialami oleh Sarah ketika berpacaran dengan Devan, laki-laki yang ditemui Sarah pada saat latihan sepatu roda.

Sarah dan Lisa adalah para perempuan yang kecanduan nonton film porno. Keduanya hampir tiap hari menonton film tersebut dan terobsesi dengan apa yang ditonton. Lisa sangat penasaran dengan sosok perempuan dalam film porno yang ditonton dan menemukannya di toko roti. Karena rasa penasaran pada sosok tersebut yang sudah menggunakan jilbab dan bekerja di sebuah toko roti. Lisa mengikuti kehidupan sosok perempuan tersebut dengan mengikuti pelatihan membuat bakery hingga akrab dan menyebutnya sebagai kakak. Rasanya seperti kakak kandung sendiri.

Kehidupan Lisa bisa dibilang cukup absurd. Ia adalah sosok yang terobsesi dengan seks karena sering menonton film porno. Obsesi itu hingga menyebabkan ia menyukai sesama perempuan. tidak hanya itu, tuntunan dari keluarganya, utamanya sang ibu, pasca bercerai dengan ayahnnya, kemudian menikah lagi dengan laki-laki lain, merubah hidupnya seketika. Lisa tidak memiliki tempat untuk bercerita dan berbagi pengalaman, keluh kesah kehidupannya, kecuali kepada Sarah.

Disinilah peran ibu yang sangat penting bagi keberlangsungan perkembangan anak remaja. Orang tua tidak hanya memiliki peran menyuruh, memerintah ataupun menetapkan sesuatu. Sebagai orang tua, kita perlu untuk mendengarkan anak, baik mendengarkan kisah hidup, persahabatan, kisah sekolah bahkan masa depan yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh sang anak. Kehadiran sosok untuk mendengarkan bagi anak yang sedang bertumbuh menjadi dewasa untuk mendapatkan perlindungan, pendampingan, sangat penting. Anak akan memiliki ruang aman untuk melakukan kehidupannya tanpa merasa dihakimi.

Beruntungnya, Lisa tidak mencoba untuk melakukan hubungan seksual dengan sesama perempuan dan menghentikan obsesinya itu dengan berbagai kegiatan-kegiatan positif. Berbeda dengan Sarah, yang memiliki pacar bernama Devan. Umurnya terpaut jauh 10 tahun dengannya. Gaya hubungan yang ditampilkanpun berbeda gaya pacaran kebanyakan.  Sarah sering diajak untuk staycation dan diajak melakukan hubungan seksual, khususnya pada malam perayaan ulang tahunnya.

Dalam potret hubungan ini, bagi saya ada banyak pelajaran di dalamnya, termasuk tentang perilaku kekerasan seksual dalam pacarana yang dianggap tabu oleh masyarakat. Sarah sudah menolak untuk melakukan hubungan seksual, akan tetapi Devan terus menggoda dan berusaha melakukan segala cara agar Sarah mau melakukan hubungan seksual dengannya. Bahkan untuk hubungan seksual yang kedua kali, Devan mengancam Sarah dengan menyebarkan foto dan video porno yang ia rekam selama keduanya melakukan hubungan seksual.

Inilah edukasi yang menurut saya penting diketahui oleh kita semua. Kekerasan dalam pacaran kadang kita anggap tabu dengan dalih keduanya sama-sama mau untuk melakukan hubungan seksual, bahkan apabila itu terjadi lebih dari satu kali, sepertinya tidak ada yang setuju bahwa fenomena ini merupakan kekerasan seksual dalam pacaran. Selain itu, kekerasan seksual yang dialami oleh Sarah juga berbentuk revenge porn. Jenis pelecehan digital ini merupakan pelecahan di mana foto atau video telanjang atau eksplisit secara seksual dibagikan tanpa persetujuan dari mereka yang difoto.

Kenyataan ini membuat Sarah berusaha untuk mengakhiri hidupnya. dengan kondisi latar belakang hidup tanpa orang tua, hanya bersama sang kakak, ia hampir putus asak arena mendapat perundungan dari teman-teman di sekolah, di scors oleh pihak sekolah dan tidak mendapatkan keadilan dari pihak yang berwajib karena dalam kasusnya, ia sudah dewasa (memiliki umur 18+), di mana tidak termasuk kategori anak-anak. Kondisi ini membuat Sarah depresi dan mengurung dari sosial.

Meskipun demikian, Lisa terus memberikan support kepada Sarah. Ia mencoba untuk mencari tahu tentang banyak hal. Termasuk bercerita kepada sosok perempuan bakery yang selama ini menjadi salah satu ruang aman. Pengalamannya menjadi korban revenge porn oleh mantan suaminya (video yang ditonton oleh Lisa dan Sarah), menjadi pelajaran hidup bagi Lisa. Dalam film ini pula, baik Sarah ataupun Lisa memiliki seni sendiri untuk bertahan dan menjalani hidupnya masing-masing.

Pasca kasus yang menimpa Sarah dengan segala upaya dan usaha yang dilaluinya, keduanya tetap aktif membuat konten makanan yang selama ini dilakukan. Berbagai komentar negatif, komentar seksis diterima. Namun, hal itu sebenarnya tidak bisa dikontrol, karena di luar diri kita. Film ini tidak hanya mengajarkan tentang edukasi kekerasan seksual, akan tetapi juga mengajarkan bahwa di luar dari diri kita, tidak perlu risau, karena tidak bisa kita kontrol.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments