Judul buku: “Lebih Senyap dari Bisikan,”
Penulis: Andina Dwifatma,
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama,
Jml.hlm: 155
ISBN: 9786020654201
Tugas produktif perempuan seperti halnya haidh, mengandung dan melahirkan terkadang menjadi beban tersendiri bagi perempuan. Jarang sekali ada orang yang menanyakan kepada pasangan suami-istri, khususnya kepada laki-laki, “Sudahkah bisa menghamili?” pertanyaan semacam itu memang tidak pernah ada. Sebab semua pertanyaan terpusat pada perempuan, “Apakah sudah isi?.”
Novel ini menceritakan tentang kisah pengalaman suami-istri yang mendambakan hadirnya seorang anak. Amara dan Baron adalah pasangan muda yang menikah tanpa restu orang tua lantaran beda agama. Amara lahir sebagai seorang muslim yang diasuh oleh ibu tunggal, dengan panggilan mami. Sedangkan Baron lahir sebagai seorang Katolik yang sudah ditinggal oleh orang tuannya. Selayaknya latar belakang anak kota, Baron memiliki sisi gelap kehidupan dengan pergaulan yang cukup bebas, keduanya adalah teman pada waktu kuliah.
Akhirnya, setelah proses panjang tersebut, keduanya menikah tanpa restu orang tua dan membangun keluarga kecil yang cukup bahagia. Bertahun-tahun menikah, mereka belum dikaruniai anak. Segala usaha dan upaya sudah dilakukan. pertanyaan demi pertanyaan dari teman, ataupun saudara, menjadi kegelisahan bagi keduanya. Setelah melakukan banyak usaha, akhirnya Amara hamil. Babak baru dimulai dalam kehidupan.
Pada mulanya kehadiran seorang anak yang berada dalam perut Amara adalah sebuah kebahagiaan, hal itu diungkapkan oleh Amara dalam sebuah ekspresi.
“Sejak menjadi ibu aku memang lebih cengeng. Aku menangis menonton iklan apa saja yang ada bayinya, mendengarkan lagu cinta yang meratap-ratap, menangis melihat anak kucing mengeong-ngeong minta makan tanpa seeorang ibu kucing di sampingnya. Aku ingin melindungi Yuki dari dunia dan seisinya. Kadang bahkan terbesit untuk memasukkan lagi bayiku ke dalam perut, dia lebih aman di sana (hlm.64).
Pada kelahiran anaknya, Yuki, mami Amara diberi tahu soal kelahiran cucunya tersebut. Hubungan antara anak dan cucu tersebut kembali harmonis dan cukup membantu dengan segala keriwehan yang dialami oleh ibu baru seperti Amara. Pasca kelahiran Yuki, Kondisi ekonomi keluarga tersebut hancur, lantaran Baron ikut trading saham yang menyebabkan kerugian hampir 1M. Dari sinilah pertengkaran dimulai. Keluarga harmonis itu tidak tercipta lagi. Baron menjadi orang yang sangar. Tidak jarang, Amara kepar mendapatkan siksaan dan kekerasan dalam rumah tangga yang belum pernah ia terima selama hidupnya.
Meskipun demikian, mami Amara menanggung pembantu untuk mengurusi segala keperluan cucunya serta bisa membantu anaknya tersebut. Di tengah kondisi ekonomi yang carut marut, rumah nyaman yang dimiliki itu disita oleh bank. Amara beserta keluarganya tinggal di kontrakan selayaknya orang miskin. Kehidupan menjadi berubah. Mereka hidup serba kekurangan. Kondisi tersebut tidak diketahui oleh mami Amara, hingga pada suatu hari, kepada Yuki digigit oleh Tikus di kontrakan dan menyebabkan keluar darah bercucuran. Kondisi ini menyebabkan Amara menyesal menjadi seorang ibu.
Penyesalan tersebut ia wujudkan dengan menyalahkan diri sendiri, memukul diri sendiri, dan merasa rendah diri tatkala berhadapan dengan Yuki. Di sisi lain, tetangga kontrakan, Macan, melaporkan kejadian tersebut kepada mami Amara. Hingga pada akhirnya, Amara dan Yuki kembali ke rumah mami dan merasakan kehidupan yang cukup baik dibandingkan dengan sebelumnya. Mami Amara adalah sosok orang tua tunggal yang sangat bertanggung jawab terhadap anaknya. Ia memberikan kehidupan yang layak bagi anak dan cucunya dengan kehadiran dokter yang menjadi salah satu konselor bagi Amara untuk mengembalikan kehidupannya agar tidak menyalahkan diri sendiri, serta pembantu untuk mengurus rumah.
Kisah tersebut merupakan kisah perempuan yang memiliki tugas produktif yang dibekali oleh Tuhan dengan banyak tantangan. Masyarakat menganggap bahwa, memiliki anak adalah tugas perempuan. Sehingga ketidakhadiran anak, menjadi bukti bahwa seseorang menjadi perempuan tidak sempurna. Tidak hanya itu, pola pengasuhan yang seharusnya dibangun oleh sebuah keluarga adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya kepada perempuan. Hal itu yang seharusnya disadari oleh para orang tua agar keduanya bisa bekerjasama secara team untuk mengurus anak.
Novel ini berisi tentang pengalaman dekat perempuan dengan peran yang begitu luar biasa. Mulai dari Mami Amara sebagai orang tua tunggal yang mampu memberikan kehidupan layak kepada anaknya. Peran Macan yang menjadi komunikator antara Amara dengan sang mami, hingga para pembantu yang ditugaskan oleh mami untuk bertanggung jawab terhadap kebutuhan rumah tangga. Sebab menjadi perempuan yang memiliki tugas reproduksi adalah tanggung jawab besar, dengan tantangan yang cukup sulit.