Banyak masyarakat yang berasumsi jika tidak ada perang maka tatanan dunia dan kemasyarakatan bebas dari yang dinamakan konflik. Padahal konflik tidak selalu berarti ditandai dengan adanya perang. Jika konflik selalu berarti perang lalu bagaimana kerja-kerja perdamaian dapat dilakukan. Konflik yang besar berbenih dari permasalahan yang dianggap sepele yang semakin dibiarkan akan menggunung dan meledak.
Berbicara mengenai konflik dan perempuan, seringkali perempuan dilihat sebagai sumber konflik. Padahal perempuan mempunyai peranan penting dalam pencegahan konflik, mengurangi tindak kekerasan, dan melakukan perundingan untuk perdamaian. Terutama melalui pendekatan informal di luar meja perundingan perdamaian. Namun peran perempuan kurang diakui dan tidak mendapatkan perhatian, sehingga dalam penyelesaian konflik dan segala persoalan pasca konflik tidak sampai puncak penyelesaian.
Keunggulan perempuan dalam melakukan kerja-kerja perdamaian tersebut terbukti lebih efektif. Contohnya kisah Erny Watty perempuan Poso yang berusaha melakukan perlawanan ketika terjadi konflik dengan perusahaan PLTA tanpa melalui kekerasan namun justru melalui pendekatan-pendekatan khas perempuan. Erny Watty melakukan perlawanan untuk meminta keadilan mempertahankan tanah leluhurnya.
Erny Watty bersikap kritis dan melakukan perlawanan bukan hanya meminta keadilan dalam mempertahankan tanah leluhurnya, namun karena akibat hadirnya perusahaan tersebut bukannya menjadikan perubahan kearah yang positif Justru menimbulkan permasalahan baru seperti hilangnya tempat yang dijadikan pertemuan antar warga (budaya di sungai poso yang hilang) termasuk kearifan lokal dan bencana alam yang mengancam keselamatan dan kesehatan warga.
Selain itu yang menjadi awal Erny Watty bersikap kritis adalah setelah ia dan masyarakat Poso melakukan Ibadah, mendapatkan pengumuman bahwa Desa mereka mendapatkan bonus dari perusahaan PLTA dengan nominal yang cukup banyak yaitu sekitar 986 juta. Dengan nominal yang tidak sedikit tersebut menjadikan Erny bertanya-tanya apa alasan perusahaan memberikan bonus, karena logikanya bonus akan kita dapatkan jika kita memberikan sesuatu dan ketika seseorang atau perusahaan mencapai targetnya.
Salah satu kearifan lokal masyarakat di Desa tersebut adalah suara gemuruh yang menjadi warisan leluhur mereka dan dipercaya masyarakat akan terjadi suatu bahaya di air yang menjadikan masyarakat waspada dan menunda aktivitas di air seperti tidak pergi mengail, yang kini hilang sehingga mereka kehilangan alarm yang bisa memberitahukan akan terjadi sesuatu.
Sikap kritis dan kepekaan sosial Erny Watty didapatkan dari pengalamannya mengikuti sekolah perempuan AMAN Indonesia dan Erny menjadi ketua dari sekolah perempuan tersebut. Sehingga timbullah rasa harus bertanggung jawab mempertahankan apa yang seharusnya menjadi hak mereka dan mereka melakukan perlawanan yang luar biasa tanpa melalui kekerasan. Dengan hadirnya sekolah perempuan dari AMAN Indonesia, menjadikan Erny dan anggota SP (Sekolah perempuan) lainnya memiliki kepedulian, kritis dan bersatu menyatukan kekuatan untuk menjaga dan mempertahankan lingkungannya. Sebab, belajar di Sekolah Perempuan diberi bekal ilmu terkait sensitivitas gender, strategi pemecahan konflik dan penanganan pasca konflik.
Erny bergerak bukan hanya dengan anggota SP, ia melibatkan masyarakat lain termasuk mantan-mantan kepala Desa untuk berpikir bersama hal apa yang diambil perusahaan sehingga perusahaan memberikan bonus sebanyak itu. Sikap kritis Erny bukan hanya mendapatkan apresiasi namun juga cacian dan ia dicap sebagai perempuan yang sok tau. Stereotype yang Erny dapatkan tidak menjadikan Erny patah semangat, justru api semangatnya makin berkobar. Langkah demi langkah ia lakukan untuk mendapat jawaban dalam rangka apa uang bonus itu diberikan dan untuk apa uang tersebut. Erny dan anggota SP serta tokoh masyarakat melakukan pertemuan dengan Kepala Desa namun Erny tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.
Dengan tidak adanya penjelasan yang pasti dari kepala desa menjadikan Erny dan kawan-kawannya nekat sampai mendatangi kantor perusahaan tersebut, tidak sedikit tahapan yang dilakukan untuk sampai bisa menemui pihak perusahaan PLTA tersebut, namun lagi-lagi Erny tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya terkait uang bonus itu. Erny dan warga menggebu-gebu mencari jawaban atas pertanyaannya adalah jika uang bonus itu diberikan karena ada tanah kampung (tanah leluhur) yang diperjualbelikan mengapa masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan tersebut. Erny dan masyarakat bersusah payah mempertahankan tanah leluhur mereka karena di tanah tersebut masyarakat menjalin kebersamaan yang menciptakan perdamaian, jika tanahnya kini dijual maka warga kehilangan kebersamaan yang selama ini mereka pertahankan. Â