An’an Yuliati, perempuan inspiratif asal kabupaten Tasikmalaya, baru-baru ini menerima penghargaan prestisius. Pada peringatan Hari Kartini 2023, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mengusulkan An’an sebagai perempuan berprestasi dan berjasa di daerahnya. Penghargaan ini bukan hanya datang dari tingkat lokal, tetapi juga diakui Ibu Presiden, Ibu Wakil Presiden, dan Gubernur Provinsi Jawa Barat.
Penghargaan tersebut memang sepenuhnya layak didapatkan An’an. Sejak 1994 ia telah menjadi aktivis perempuan yang berani menentang diskriminasi terhadap perempuan, aktif memotivasi perempuan untuk berpartisipasi dalam semua aspek kehidupan, serta memastikan suara mereka didengar. Ia juga aktif mengadvokasi kasus-kasus yang melibatkan perempuan dan anak sebagai korban.
Sehari-hari An’an diamanahi sebagai Ketua Harian P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) kabupaten Tasikmalaya dan aktif mengkoordinir Sekolah Perempuan Cipakat. Kedua aktivitas ini sangat menunjang misi dan tujuannya dalam memberdayakan dan melindungi perempuan dan anak, serta mendorong perdamaian yang melibatkan perempuan.Sejak muda An’an Yuliati telah menduduki berbagai posisi penting seperti Ketua Kader Posyandu, pengurus PKK, pengurus Karang Taruna, Pos Pembinaan Terpadu untuk kesehatan anak-anak, Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Muslimat Kabupaten Tasikmalaya, Sekolah Perempuan, P2TP2A, dan banyak lagi.
Namun, akhirnya An’an memilih untuk fokus sebagai Ketua Harian P2TP2A dan mengkoordinir Sekolah Perempuan. Pada tahun 2018, ia memutuskan mengurangi keterlibatannya dalam beberapa organisasi lainnya agar dapat lebih fokus pada isu-isu terkait perempuan, anak-anak, dan perdamaian. Alasannya yang pertama, An’an merasa masih sedikit orang yang bergerak di isu perempuan dan anak-anak. Misalnya kader PKK sudah ribuan namun, menurutnya, masih kurang orang yang bergerak untuk pendampingan dan edukasi terhadap isu-isu yang menimpa perempuan dan anak-anak.
Kedua, pengalaman pribadi An’an pernah kehilangan sahabat dan saudara yang menjadi korban perkosaan sampai meninggal. Ia juga pernah menyaksikan seorang tetangga, bersama anak-anaknya, dianiaya suaminya.
Peristiwa-peristiwa tragis yang ia saksikan dan alami menggugah hati An’an untuk berjuang lebih gigih dalam membela hak-hak perempuan dan anak. Ia melihat langsung bagaimana kurangnya pengetahuan dan advokasi bisa menghancurkan kehidupan dan masa depan keluarga.
Menurut An’an Yuliati perempuan memiliki potensi besar untuk menginisiasi perubahan. Dalam upayanya memfasilitasi potensi ini, An’an aktif mengkoordinir Sekolah Perempuan Cipakat, sebuah inisiatif yang ia buat bersama AMAN Indonesia. Program ini dirancang dengan tujuan memberdayakan perempuan melalui pengetahuan dan keterampilan untuk menjadikan mereka agen perubahan dalam masyarakat.
Sekolah Perempuan Cipakat merupakan hasil gabungan dari Sekolah Perempuan Lajnah Ma’ilah yang dibuat oleh AMAN Indonesia dan Sekolah Perempuan Lestari yang diinisiasi An’an dan masyarakat sekitar. Gabungan kedua komunitas ini membentuk Sekolah Perempuan Cipakat, dengan keyakinan bahwa sinergi ini akan memperkuat dan memperluas dampak positifnya.
Penggabungan dua komunitas tersebut berdampak positif, khususnya bagi perempuan yang masih kurang akses informasi. An’an menekankan banyak perempuan, khususnya korban kekerasan, sering tidak tahu bagaimana harus bersikap, bertindak, atau bahkan melawan dalam situasi yang merugikan.
An’an sangat percaya pada peran strategis perempuan dalam menyebarkan informasi. Ia merujuk pada pemikiran Bung Hatta yang menyatakan, mendidik seorang laki-laki berarti mendidik satu individu, tetapi mendidik perempuan berarti mendidik satu generasi. Prinsip inilah yang menjadi pondasi dalam setiap langkah dan dedikasi An’an.
Penggerak Perdamaian
Pada tahun 2012, terjadi serangan yang mengguncang Jemaat Ahmadiyah di salah satu daerah kabupaten Tasikmalaya. Untuk membantu perempuan dan anak-anak di Jemaat Ahmadiyah dalam mengatasi trauma yang mereka alami, AMAN Indonesia mendirikan Sekolah Perempuan Lajnah Ma’ilah.
Kemudian, pihak AMAN Indonesia menginginkan agar Sekolah Perempuan Lajnah Ma’ilah menjalin kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat setempat. Untuk mewujudkan hal tersebut, mereka mencari mitra yang cocok. Akhirnya, mereka bertemu dengan An’an yang tertarik menyatukan Sekolah Perempuan Lajnah Ma’ilah dengan Sekolah Perempuan Lestari.
An’an kemudian mendorong partisipan Sekolah Perempuan menjadi agen perdamaian, terutama dalam mencegah radikalisme dan ekstremisme. Namun, ia memilih tidak menggunakan istilah tersebut dalam pendidikannya. An’an merasa istilah tersebut masih terlalu asing bagi masyarakat. Sebaliknya, ia lebih memfokuskan pada edukasi mengenai perdamaian, penguatan NKRI, dan pentingnya toleransi dalam keragaman.
Edukasi tersebut dimasukkan dalam program pertemuan rutin Sekolah Perempuan. Topik pembahasan dalam pertemuan ini bervariasi dan seringkali dikolaborasikan dengan program pemerintah. An’an juga aktif menyampaikan pesan-pesan ini dalam pertemuan PKK, posyandu, dan pengajian.
Di samping mendukung anggota Sekolah Perempuan untuk menjadi agen perdamaian, An’an juga menekankan pentingnya peran kepemimpinan perempuan, baik dalam ranah domestik maupun publik. Dia percaya perempuan, dalam kapasitas mereka
sebagai ibu, istri, dan anggota masyarakat yang aktif, harus aktif dan mampu mengambil bagian dalam perjuangan bersama dengan laki-laki.
Menurut An’an, kepemimpinan tidak selalu berarti menjabat sebagai CEO atau presiden. Mulailah dengan memimpin diri sendiri, lalu terapkan pada keluarga dan lingkup masyarakat. Ia mendorong perempuan memanfaatkan potensi mereka dalam berbagai posisi masyarakat dan politik dan menekankan pentingnya mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Dampak baiknya adalah para anggota Sekolah Perempuan mulai percaya diri dan aktif berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian dari mereka bekerja sebagai guru PAUD, ketua kader, pengurus RT/RW, bahkan pengurus BPD atau desa. An’an meyakini bahwa selama perempuan mau berbagi informasi dan tugas, baik di rumah maupun di masyarakat, mereka pasti bisa memainkan peran penting.
(bersambung)
*
Kisah An’an Yuliati selengkapnya beserta perempuan perdamaian lainnya didokumentasikan oleh AMAN Indonesia bersama She Builds Peace Indonesia dalam buku She Builds Peace Seri 1: Kisah-Kisah Perempuan Penyelamat Nusantara.
Banyak pembelajaran tentang agensi perempuan yang bisa ditemukan dengan membaca semua cerita di buku ini. Untuk mendapatkannya, bisa dipesan melalui link berikut bit.ly/pesanbukuSBPseri1.