Drama Korea berjudul Queen Maker menjadi gambaran posisi perempuan dalam politik. Drama Korea ini terdiri dari 11 episode dibuka dengan peran Hwang Do-hee sebagai tangan kanan Eunsung group, Song Young Shim. Perusahan ini bergerak hampir seua bidang dan menguasai seluruh pasar di Korea. Song Young Shim merupakan seorang perempuan karir yang sejak dulu pebisnis. Suaminya meninggal di waktu muda, dan meninggalkan dirinya beserta dua anak perempuan. Hwang Do-hee, yang merupakan perempuan kelas bawah, diangkat oleh Song Young Shim dari pekerja kelas bawah, menjadi Ketua Tim Strategi Korporasi perusahaan.
Tidak hanya menjadi bagian dari perusahaan, peran Hwang Do-hee sebenarnya adalah “fixer” yang membereskan segala permasalahan perusahaan dan keluarga Ketua Son. Tidak boleh ada hal-hal buruk terjadi, utamanya yang mencemarkan nama baik keluarga dan perusahaan. Disinilah peran Hwang Do-hee sebagai perempuan multitalent yang menurut saya, memberikan banyak sekali peran untuk dipelajari sebagai perempuan.
Peran Hwang Do-hee begitu taktis. Ia memiliki strategi sangat bagus untuk melindungi perusahaan, meningkatkan penjualan dari perusahaan hingga melindungi nama baik keluarga besar Ketua Son. Peran ini berubah ketika seorang karyawan di perusahaan tersebut bernama I-Seul, mengaku dilecehkan oleh Baek Jae Min, menantu Ketua Son yang diusung oleh dirinya menjadi walikota.
Sebagai orang yang melindungi perusahaan, Hwang Do-hee percaya dengan penjelasan Baek Jae Min. Baelk Jae Min mengatakan bahwa I-Seul adalah perempuan yang mencoba menipu, memanipulasi dan memeras kehidupannya dengan alasan kekerasan seksual. Dengan segala cerita yang disampaikan oleh Baek Jae Min, Hwang Do-hee memutuskan untuk mengeluarkan I-Seul. Sayangnya, I-Seul ditemukan bunuh diri. Kasus kematian I-Seul menjadi misteri dan terus diselidiki oleh Hwang Do-hee.
Hingga akhirnya ia mengetahui bahwa I-Seul benar-benar mendapatkan pelecehan seksual dari Baek Jae Min. Masalah ini membuat Do-hee dihantui rasa bersalah yang tidak berkesudahan. Atas kejadian ini, Do-hee memutuskan untuk tidak membantu Baek Jae Min untuk menjadi wailkota. Sementara itu, Ketua Son mulai mempertanyakan kesetiaannya terhadap dirinya dan Eunsung Group.
Akhirnya, Do-hee dipecat dari jabatannya, dan menjadi musuh dari Ketua Son. Tidak tinggal diam atas kejadian yang menimpanya, Do-hee menemuka Oh Kyung-sook, perempuan pengacara HAM yang membela hak-hak pekerja. Selama ini, ia adalah musuh besar Eunsung Group karena banyak menerapkan PHK secara sepihak. Ia juga sering terlibat perdebatan dengan Do-hee selaku pelindung perusahaan. Namun, saat ini keduanya bersatu untuk melawan Eunsung Group untuk membongkar kebobrokan.
Dong-hee dan Kyung-Sook menempuh jalur politik untuk menjatuhkan Eunsung; Kyung-Sook memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi walikota dengan Dong-hee sebagai manajer kampanye. Meski sempat berbeda ideologi, keduanya akhirnya menjadi duo maut dalam pertarungan politik yang brutal.
Masalah Politik dan Kekuasaan Kelas Atas
Serial ini tidak hanya menyajikan persoalan dendam kekerasan seksual yang dilakukan oleh atas kerja kepada karyawannya. Akan tetapi, cerita yang dirangkum dalam 11 episode sangat relevan dengan gambaran politik di sekitar kita. Isi cerita menggambarkan betapa bobroknya perusahaan yang selama ini melanggengkan usaha-usaha kotor. Menindas rakyat kelas bawah dan para pengusaha yang berlomba-lomba memiliki kekuasaan politik agar mampu menguasai pasar untuk memperkayakan diri sendiri.
Serial ini menceritakan segala proses politik-baik yang bersih maupun kotor-yang terjadi selama proses pemilihan; mulai dari kongkalikong dengan pengusaha, lobi-melobi, hingga disinformasi media yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan. Cerita juga tersirat pesan isu kelas pekerja dan kelas konglomerat. Hal ini digambarkan oleh sosok Do-hee yang dalam usahanya untuk melindungi perusahaan dan seluruh keluarga Ketua Son, nyatanya tetap mendapatkan perlakuan yang tidak baik, dianggap rendah bahkan masih sering disebut “anjing kampung”.
Kondisi politik yang ditampilkan dalam serial ini benar-benar menggambarkan tentang para pejabat yang korup, hingga gambaran politisi perempuan yang kerapkali menggunakan barang mewah dengan uang rakyat. Kondisi ini persis dengan para politisi yang ada di Indonesia.
Satu hal yang paling penting untuk disinggung dari serial ini adalah, kerja sama antara Do-hee dengan Kyung-sook. Sebagai penonton, saya suka sekali dengan karakter Do-hee yang pemberani. Ia memiliki kemampuan menganalisa sangat baik dengan berbagai data yang dimiliki. Kemampuan ini sangat penting untuk melawan musuh dengan cara yang ciamik. Kedua perempuan ini tampil dengan kemampuan berpikir yang sangat bagus.
Tidak lupa pula, keduanya memberikan dukungan satu sama lain. Inilah potret women support women hingga pada akhirnya, Kyung-sook unggul dalam pemilihan wali kota. Ia tampil sebagai pemimpin perempuan yang cakap dan mampu memberikan perubahan bagi warganya.