Friday, October 25, 2024
spot_img
HomeBukuSensasi Membaca Buku-Buku Pram

Sensasi Membaca Buku-Buku Pram

Saya pertama kali bertemu buku Pram ketika kelas 3 aliyah. Buku Bumi Manusia dibelikan oleh guru saya di pondok pesantren dahulu. Buku memiliki alurnya, maknanya serta tokoh-tokoh yang dia pilih. Pram adalah penulis terbaik yang dimiliki bangsa ini. Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca) adalah bacaan yang pas untuk mengawali membaca karya Pram. Latar postkolonial membuat kita jadi belajar tentang sejarah nusantara. Kita juga diajarkan untuk tidak menjadi Bangsa inlander di buku-buku Pram.Satu hal lagi yang saya suka dengan karya Pram, ia kerap memberikan panggung untuk tokoh perempuan. Buku-buku lainnya Pram seperti panggil aku Kartini saja atau gadis pantai menunjukan bagaimana Pram begitu memihak kepada kaum perempuan.

Buku lainnya yang perlu dibaca adalah Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer. Cerita ini sungguh membuat saya banyak bersedih. Bagaimana tidak, dikisahkan penjajahan yang dilakukan oleh Jepang masih lebih manusiawi dibanding Belanda. Rasanya, itu omongkosong. Ada banyak cerita yang tidak dikisahkan dalam sejarah. Jepang dengan keji mengambil anak-anak perempuan yang cantik dan pintar dari orangtuanya berdalih untuk menyekolahkan di Jepang. Bukan hanya dari masyarakat biasa yang diambil, beberapa orang anak perempuan dari kalangan keraton pun diambil juga. Tapi janji Jepang tidak tidak pernah terjadi. Para anak perempuan itu hanya dijadikan pelacur para prajurit Jepang. –

Jepang tidak pernah membuat woro-woro kepada publik tentang beasiswa pendidikan ke Jepang. Hal itu membuat para korban kebingungan untuk berbuat. Pemerintah Indonesia pun tidak bisa berbuat banyak. Kisah ini ditulis pada 1979, lalu. Kita tahu, tahun tersebut Presiden Soeharto telah menjabat. Namun dari kisah tersebut, tak banyak yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Para perempuan yang bisa lepas dari genggaman Jepang berlarian ke beberapa tempat, bukan kata pulang yang dicari.

Mereka beradaptasi dengan tempat yang baru, yang bisa menerima mereka. Walaupun pada akhirnya, dewi fortuna masih jauh dari mereka. Kisah paling memilukan adalah Mulyati yang ditemukan di Pulau Buru dalam keadaan jompo. Alam dan manusia membuatnya tak berdaya di umur yang masih setengah abad. Pada 12 Maret 1979, Mulyati ditemukan dalam keadaan tewas mengenaskan. –

 

Tia Istianah
Tia Istianah
Content Creator
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments