Salah satu drama Korea yang bisa menjadi tontonan ciamik adalah Marriage Contract. Serial ini mengisahkan kisah seorang ibu yang hidup bersama anak perempuan satu-satunya yang ditinggal kecelakaan oleh sang ayah ketika dirinya dilahirkan. Adalah Kang Hye Soo (Uee), seorang ibu tunggal yang membesarkan anaknya, Eun Seong. Keduanya selama ini berpindah-pindah tempat lantaran selalu dikejar oleh rentenir akibat hutang yang ditinggalkan oleh mendiang suaminya.
Cerita dimulai ketika ibu kandung Han Ji Hoon, seorang pengusaha kedai makanan, hidup bergelimang harta, dan menjadi anak konglomerat menderita penyakit liver yang mengharuskan untuk mendapatkan donor secepatnya. Namun, donor liver tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang dan hanya bisa dilakukan oleh anggota keluarga. Sedang sang paman, dengan donor liver yang cocok, tidak berkehendak untuk melakukan donor tersebut
Uang dan kekuasaan yang dimiliki, nyatanya tidak mampu untuk membeli liver yang dibutuhkan oleh sang ibu karena pendonor harus berasal dari anggota keluarga. Hye Soo dan Ji Hoon bertemu dalam suatu hubungan kerja antara bos dan karyawati. Mendengar niat Ji Hoon untuk menikahi perempuan yang mau mendonorkan liver untuk ibu kandungnya, Hye Soo pun mengajukan diri. Ji Hoon menyanggupi syarat Hye Soo atas sejumlah uang yang nantinya akan digunakan Hye Soo untuk melunasi hutang dan simpanan dana pendidikan Eun Seong.
Keduanya menjalin hubungan layaknya suami istri untuk meyakinkan pihak rumah sakit bahwa Hye Soo adalah anggota keluarganya yang bisa mendonorkan liver. Cerita yang terangkum dalam 16 episode nyatanya cukup menyita penasaran bagi penonton. Kisah penolakan oleh sang ayah, karena tidak setuju atas tindakan tersebut juga menjadi salah satu cerita yang berhasil menguras emosi.
Tidak hanya itu, penyesalan yang dimiliki oleh ibu Ji Hoon karena sudah meninggalkan keluarganya di kampung, menjadi bagian dari scene yang emosional. Di sisi lain, pengorbanan Hye Soo sebagai ibu tunggal yang harus membayar semua hutang suaminya. Serta mengurus anak semata wayangnya diuji dengan keadaannya dirinya yang menderita tumor. Ia terpaksa harus melakukan segala bentuk perawatan, sedangkan umurnya ia hanya memiliki kesempatan hidup yang sangat rendah. Kondisi tersebut nyatanya tidak membuat dirinya menyerah.
Bahkan di tengah kondisi terpuruk itu, ia masih tetap berkenan dan bersemangat untuk mendonorkan livernya kepada ibu Ji Hoon. Hubungan antara dirinyapun berlanjut dari atasan dan bawahan, pernikahan kontrak, menjadi hubungan yang sebenarnya. Keduanya saling jatuh cinta meskipun kondisi Hye Soo semakin memburuk akibat tumor yang diderita.
Film ini tidak hanya bercerita tentang kisah romantis semata. akan tetapi juga potret perlindungan untuk kasus jual beli organ tubuh yang dilakukan secara ketat. Baik Hye Soo ataupun Ji Hoon sama-sama melakukan upaya agar meyakinkan pihak rumah sakit bahwa keduanya adalah keluarga yang sudah menikah. Artinya, keinginan untuk mendonorkan livernya bukan atas dasar paksaan, atau karena dibayar dengan uang.
Penjualan organ tubuh ini menjadi salah satu poin penting yang dipotret dalam film ini. Pihak rumah sakit, media dan seluruh masyarakat sipil menentang penjualan organ tubuh bahkan menjadi masalah yang akan menghancurkan reputasi seseorang dan merupakan tindak kejahatan berat.
Komunikasi Terbuka dengan Pasangan
Salah satu poin utama yang saya pelajari dalam film ini adalah keterbukaan bersama pasangan. Kang Hye Soo adalah seorang perempuan yang ditinggal suaminya dengan kenyataan bahwa ia terlilit hutang. Kang Hye Soo sendiri tidak tahu menahu hutang tersebut dan sampai begitu banyak sehingga membuat dirinya tidak cukup mampu membayar. Inilah pentingnya komunikasi yang terbuka bersama pasangan, khususnya suami-istri karena, perihal umur kita semua tidak ada yang mengetahui. Ditinggal karena kematian oleh pasangan merupakan hal yang pasti. Kenyataan tersebut tidak bisa dikontrol oleh manusia.
Akan tetapi, membangun hubungan yang baik dan terbuka agar ketika perpisahan yang tidak direncanakan itu terjadi, sangat penting untuk dilakukan. Menyiapkan hidup yang lebih baik untuk orang-orang yang ditinggalkan merupakan suatu hal yang harus dipikirkan. Makanya, penting hubungan dengan prinsip Mubadalah agar setiap diri kita yang menjadi pasangan bagi orang lain, mampu membangun hubungan yang saling membahagiakan. Bahkan ketika sebuah perpisahan terjadi, tidak meninggalkan kesengsaraan bagi orang yang ditinggalkan karena faktor hutang, atau faktor yang lain.