Saturday, July 27, 2024
spot_img
HomeOpiniKondisi Geografis dan Korelasi Perang di Masa Penyebaran Islam

Kondisi Geografis dan Korelasi Perang di Masa Penyebaran Islam

Salah satu kritik yang dilontarkan oleh orientalis berkenaan dengan sejarah Islam adalah mengenai tradisi berperang di awal penyebaran agama Islam. Kritik keras akan kebiasaan berperang bangsa Islam ini salah satunya disampaikan oleh Edmund Bosworth (Darajat, 2016). Ia menyatakan bahwa perpolitikan Islam selama 12 abad di Turki, Iran, Sudan, Ethiopia, Spanyol, dan India adalah peperangan yang diatasnamakan jihad. 

Robin Wright (Edward W Said, 1997) dalam buku Covering Islam menambahkan bahwa konsep perang dalam Agama Islam sama halnya dengan seruan perang salib dalam agama Kristen. Ia juga menyimpulkan bahwa jihad adalah slogan yang digunakan sebagai pembenar atas tindakan muslim. Dilakukan di bawah ancaman pedang atas orang-orang kafir dengan dalih menyebarkan agama Islam. 

Bernard Lewis(Ahmad Syafii Maarif, 2012) bahkan secara tegas menyatakan bahwa yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang haus darah, dan agama yang melegalkan kekerasan untuk mencapai tujuan. Ia juga menyatakan sifat nabi Muhammad yang direpresentasikan sebagai sosok yang temperamental, suka berperang, sering bertikai, dan balas dendam.

Pendapat negative para orientalis ini kemudian diperkuat dengan munculnya gerakan separatis Islam yang menggunakan pendekatan kekerasan dalam berdakwah. Sebut saja ISIS, teroris, MIT (Mujahid Indonesia Timur), yang menjual ideologi jihad untuk memobilisasi anggota agar bergabung dengan kelompoknya. Narasi “jihad” dijual sehingga melahirkan kekerasan dengab mengatasnamakan agama.

Narasi yang digaungkan oleh orientalis sebagaimana tersebut diatas, pun dengan gerakan Islam radikal tentunya bertentangan dengan prinsip Islam sebagai agama yang penuh kasih sayang atau rahmatan lilalamin. Adalah benar bahwa dakwah Islam diawali dengan proses angkat senjata. Namun alasan kenapa Islam harus menggunakan jalan perang sebagai salah satu cara untuk menebarkan agama Islam harus dikaji secara mendalam dan komprehensif. 

Salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan etnografis dan geografis. Pendekatan etnografis dilakukan dengan menganalisis kehidupan masyarakat Arab dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Adapun pendekatan geografis bisa dilakukan dengan mengkaji kondisi lingkungan, dan kewilayahan bangsa Arab. Dengan melakukan kedua pendekatan tersebut, akan dapat disimpulkan alasan kenapa Islam diawal penyebarannya harus dilakukan dengan berperang.

Kondisi Geografis Bangsa Arab

Philip K Hitty (1974) menyatakan bahwa orang-orang Arab menyebut tempat tinggal mereka sebagai jazirah Arab “Pulau Arab”, dan layaknya sebuah pulau daratan ini dikelilingi oleh laut tiga sisinya dan oleh padang pasir di satu sisi lainnya. Pulau ini menyajikan sebuah contoh yang unik tentang hubungan yang tidak pernah putus antara masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya.

Dari sisi kondisi cuaca, Semenanjung Arab merupakan salah satu wilayah terkering dan terpanas, tingkat suhunya mencapai 500 Celcius. Meskipun diapit dua lautan di barat dan di timur, lautan itu terlalu kecil untuk dapat memengaruhi kondisi cuaca Afro-Asia yang jarang turun hujan. Lautan di sebelah selatan memang membawa partikel air hujan, tapi badai gurun musiman menyapu wilayah tersebut dan hanya menyisakan sedikit kelembaban di wilayah daratan.

Di tempat ini juga sangat jarang mendapatkan curah hujan yang mengakibatkan iklimnya menjadi salah satu negeri terkering dan terpanas di dunia. Bahkan, sungai-sungai yang berada di daerah ini sering mengalami kekeringan dan hanya tanpak digenangi air ketika musim hujan. Arabia sebagai wilayah tandus dan gersang telah menyelamatkan masyarakatnya dari serbuan dan penindasan bangsa asing.

Pada sisi lainnya, kegersangan negeri ini mendorong mereka menjadi pedagang- pedagang ke daerah lain. Keluasan dan kebebasan kehidupan mereka di padang Sahara juga menimbulkan semangat kebebasan dan individualisme dalam pribadi mereka. Kecintaan akan kebebasan ini membuat mereka tidak pernah menerima dominasi pihak lain. Inilah yang menyebabkan bangsa Arab disebut dengan bangsa yang memiliki tradisi berkelana dari satu wilayah ke wilayah lainnya. 

Hubungan Kondisi geografis dengan tradisi perang

Peperangan yang terjadi di awal masuknya Islam di jazirah Arab, berkaitan erat dengan kondisi geografis saat itu. Keadaan yang gersang, hawa yang panas, lahan yang tandus, menjadikan hukum rimba sebagai suatu benteng pertahanan untuk hanya sekedar memberikan hak pada perut. 

Perang adalah satu-satunya cara untuk bertahan dan berkembang saat itu. Islam sebagaimana disebarkan oleh nabi Muhammad lahir dengan kondisi geografis yang sedemikian rupa. Tidak ada pilihan yang bisa dilakukan kecuali harus bertahan ataukah melawan. Maka menyebarkan Islam dengan jalan perang adalah solusi akhir untuk dapat bertahan dan menyesuaikan dengan keadaan.

Salah satu lawan yang dihadapi Islam adalah bangsa Persia, dan Romawi. Persia menduduki daerah Syam pada saat ini mencakup daerah Suriah (Aslinya Suriya maksudnya Negeri Siroyan) dan Lebanon, Palestina serta Yordania. Orang Syam membuat aturan di Syam semenjak masa Nuh sampai hari ini, dan dikenal dari mereka itu sangat perkasa dalam peperangan dan suka dalam bepergian serta selalu bersegera dalam belajar.Maka satu-satunya cara untuk menyebarkan agama Islam diwilayah yang suka berperang adalah dengan peperangan juga. Pilihannya hanya dua, menjadi bagian dari peradaban besar atau merebut dan membangun peradaban sendiri. 

Perang yang terjadi saat itu bukanlah suatu syariat yang harus ditiru muslim pada periode selanjutnya. Maka yang harus dilakukan saat ini berjuang dan berjihad sesuai dengan kondisinya masing-masing, tidak dengan mengobarkan semangat perangnya. 

Daftar Pustaka

Ahmad Syafii Maarif. (2012). POLITIK IDENTITAS DAN MASA DEPAN PLURALISME KITA (S. R. P. Ihsan Ali-Fauzi, Ed.). 

Darajat, Z. (2016). Jihad dinamis: menelusuri konsep dan praktik jihad dalam sejarah Islam. Ijtihad : Jurnal Wacana Hukum Islam Dan Kemanusiaan, 16(1), 1–25. https://doi.org/10.18326/ijtihad.v16i1.1-25

Edward W Said. (1997). Covering Islam: How the Media and the Experts Determine How We See the Rest … – Edward W Said – Google Buku

Philip K. Hiiti, History of the Arabas, Edisi X (London: The Macmillan Press Ltd., 1974)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments