Thursday, December 19, 2024
spot_img
HomeCeritaKisah Nyata Perempuan Korban Kekerasan Seksual di Papua

Kisah Nyata Perempuan Korban Kekerasan Seksual di Papua

Seorang Perawat pada tahun 1965 membantu seorang perempuan buta untuk melahirkan anak. Perawat itu bercerita:

“Perempuan ini bilang…[dia] diajak ke pantai dan diperkosa beberapa kali oleh tentara… dari kesatuan Brawijaya,…[yang] pergi tinggalkan perempuan buta ini ketika dia sedang hamil besar. Dari pemerkosaan ini dia hamil dan saya bantu dia melahirkan… Bayinya diantar keluarga ke Sorong. Saya dengar, anak ini dipiara keluarga lain… Sewaktu hamil, orang-orang kampung tuduh dia berhubungan dengan sesama orang kampung, tapi ternyata waktu anaknya lahir berambut lurus… Mereka bilang, ”Dia ini buta, jadi, ya, sudah tidak perlu dibela.” Ketika ada pembakaran kampung tahun 1966, semua orang lari ke hutan dan… tidak ada lagi orang yang pernah lihat dia”

Di sebuah kampung di Timika terjadi konflik antar suku pada tahun 1996, 2003, dan 2006 yang memakan banyak korban dan materi. Seorang perempuan menceritakan pengalamannya menjadi korban pemerkosaan oleh kelompok suku yang berseberangan.

“Kami jalan…menuju pasar… Saya [bersama dua anak saya, delapan dan sembilan tahun] ditarik paksa ke mobil. Kami dibawa…[kemudian] ditaruh [ditempatkan] di satu rumah… Setelah itu, saya tidak sadar lagi. Waktu saya sadar, saya keluar kamar dan melihat semua perempuan telanjang dan kami diantar pulang. … Waktu itu, [saya] tidak bisa berdiri, berat sekali, dan banyak darah keluar. Saya berobat selama satu bulan di rumah sakit… Sekarang saya di rumah saja. Suami saya juga sudah berhenti kerja karena malu dengan teman kerja dan keluarga satu suku.”

Seorang perempuan di Manokwari menikah dengan suaminya di gereja pada tahun 2007, tapi perkawinan mereka sudah sejak tahun 1989. Waktu pertama baru kawin semua baik-baik saja, tapi istri mulai dipukul suami sejak anak keempat lahir, sekitar tahun 1998-1999.

“Saya pernah dipukul dengan pelepah kelapa dengan duri lemon [jeruk]…pernah tiga kali kepala saya dijahit dan dibawa ke rumah sakit… [Saya lapor] dan suami masuk penjara selama delapan bulan. Tapi, setelah keluar, dia…pukul saya lagi dengan balok [kayu] besi. Saya melapor ke polisi, tapi suami punya kakak yang polisi, cabut tuntutan saya… Suami lalu kawin dengan perempuan lain…bulan Maret 2009… Pernah satu waktu…[dia] tarik saya dari sepeda motor. Setelah itu, saya takut kalau keluar rumah, takut ketemu suami dan dia bunuh saya… Sekarang, saya tinggal di rumah bapak saya [orangtua]”

Seorang perempuan dan anaknya yang berumur tiga bulan ditangkap dan diperkosa oleh tentara pada tahun 1980an. Hampir dua puluh tahun kemudian suaminyameninggalkannya, dengan alasan kekerasan yang dialami oleh korban

“Saya…disuruh jalan ke hutan untuk mencari suami saya…diikuti enam orang tentara. Setelah itu saya dibawa ke pos… dipukul dan diperkosa oleh tentara–dua orang Papua, tiga orang pendatang. Setelah dua hari, saya dibawa ke rumah sakit karena kemaluan saya…berdarah dan harus dijahit. Setelah diperiksa di laksus [intel]…[saya pulang]… Akhirnya, suami saya kawin lagi tahun 2005… Saya rasa tidak adil sekali karena apa yang saya alami adalah untuk selamatkan suami

Sumber: Stop Sudah! Kesaksian Perempuan Papua Korban Kekerasan dan Pelanggaran HAM 1963-2009

Tia Istianah
Tia Istianah
Content Creator
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments