Tentang Jacinda Ardern
Tidak banyak pemimpin dari kaum perempuan. Namun, ketika ada contoh pemimpin perempuan yang bisa dijadikan panutan, Jacinda Andern bisa dipertimbangkan untuk masuk dalam daftar. Bagaimana tidak, perempuan yang lahir pada tanggal 26 Juli 1980 tersebut menorehkan banyak terobosan dalam berbagai bidang, terutama ketika ia menjabat sebagai perdana menteri Selandia Baru ke-40 dan pemimpin Partai Buruh dari 2017 hingga 2023. Seorang anggota Partai Buruh, dia bahkan telah menjadi anggota Parlemen (MP) untuk Mount Albert sejak 2017.
Lahir di Hamilton, Ardern dibesarkan di Morrinsville dan Murupara. Ia bergabung dengan Partai Buruh pada usia sangat belia, yakni 17 tahun. Selain berkecimpung dalam dunia politik, Ardern yang lulus dari Universitas Waikato pada 2001, sempat bekerja sebagai peneliti di kantor Perdana Menteri Helen Clark. Pada perkembangan selanjutnya, bermigrasi ke Eropa. Karier lanjutan Ardern menempatkannya di London sebagai penasihat di Kantor Kabinet selama jabatan perdana menteri Tony Blair.
Kemampuan diplomasinya yang mumpuni membuat kariernya semakin menanjak. Pada 2008, Ardern terpilih sebagai presiden Persatuan Pemuda Sosialis Internasional. Di saat yang sama, Ardern juga pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen pada pemilihan umum 2008, ketika Partai Buruh kehilangan kekuasaan setelah sembilan tahun. Dia kemudian terpilih untuk mewakili pemilih Mount Albert dalam pemilihan pada 25 Februari 2017.
Dunia politik kian dekat dengan diri Ardern ketika ia dengan suara bulat terpilih sebagai wakil ketua Partai Buruh pada 1 Maret 2017, setelah pengunduran diri Annette King. Tepat lima bulan kemudian, pemimpin Partai Buruh Andrew Little juga mengundurkan diri setelah hasil jajak pendapat yang memperlihatkan skema dukungan terendah pada partai tersebut. Hal ini kemudian membuat Ardern terpilih tanpa lawan sebagai pemimpin baru partai.
Dukungan Partai Buruh meningkat pesat setelah Ardern menjadi pemimpin, dan dia memimpin partainya untuk memperoleh 14 kursi pada pemilihan umum 2017 pada 23 September, memenangkan 46 kursi dari 56 kursi di tingkat nasional. Setelah negosiasi, Partai New Zealand First memilih untuk memasuki pemerintahan koalisi minoritas dengan partai Buruh, ditambah dukungan dari Partai Hijau, dengan Ardern sebagai perdana menteri. Dia dilantik oleh gubernur jenderal pada 26 Oktober 2017.
Dilantinya Ardern sebelum memasuki usia 40, menjadikannya sebagai kepala pemerintahan perempuan termuda di dunia pada usia 37 tahun. Tak hanya itu, semasa memerintah, Ardern juga melahirkan putrinya pada 21 Juni 2018, membuatnya mencetak rekor baru lagi, yakni menjadi kepala pemerintahan terpilih kedua di dunia yang melahirkan saat menjabat (setelah Benazir Bhutto).
Kebijakan di Saat Krisis
Ardern menggambarkan dirinya sebagai seorang sosial demokrat dan progresif. Deklarasi kepemimpinannya tersebut mau tak mau berhadapan dengan pesoalan pelik yang dihadapi oleh Selandia Baru, dari tantangan krisis perumahan, kemiskinan anak, dan ketidaksetaraan sosial.
Pada bulan Maret 2019, setelah penembakan di masjid Christchurch, kapasitas kepemimpinannya diuji. Syukurlah, Ardern bereaksi dengan positif, ia segera memperkenalkan undang-undang senjata yang ketat, yang membuatnya mendapat pengakuan luas dari publik, tak hanya di tingkat nasional, tapi juga global.
Tak berhenti sampai di situ, usai berhasil menangani kasus teror di masjid, ia kembali menghadapi hantaman badai pandemi seperti seluruh pemimpin dunia lainnya. Sepanjang tahun 2020 iia memimpin Selandia Baru menghadapi pandemi COVID-19, di mana ia mendapat pujian karena Selandia Baru menjadi salah satu dari sedikit negara Barat yang berhasil menahan virus secara efektif dengan memberlakukan kebijakan pembatasan gerak dengan ketat.Atas strategi kebijakannya, diperkirakan tindakan pemerintahnya menyelamatkan sebanyak 80.000 jiwa.
Setelah kondisi global mulai pulih dari pandemi, pada Oktober 2020, Ardern berjanji untuk memotong pengeluaran selama sisa resesi COVID-19. Ia bahkan memimpin Partai Buruh meraih kemenangan telak dalam pemilu, dengan perolehan mayoritas keseluruhan 65 kursi di Parlemen, perolehan kursi terbanyak oleh partai sejak diperkenalkannya sistem perwakilan proporsional pada tahun 1996.
Namun, dalam perkembangannya, kebijakan emisi untuk mendorong bumi yang lebih hijau ternyata banyak ditentang oleh pelaku industri pertanian dan peternakan. Ia dianggap merugikan petani, meski dengan dalih menjaga lingkungan agar tetap lestari dan menekan emisi global.
Pada 19 Januari 2023, Ardern akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin Partai Buruh, yang memicu reaksi global tentang gaya kepemimpinan dan keputusan kebijakannya. Menyusul pemilihan Chris Hipkins sebagai penggantinya, ia mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Buruh pada 22 Januari dan menyerahkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri kepada gubernur jenderal pada 25 Januari 2023.