Persoalan perempuan memang tidak pernah selesai dibahas. Hal ini karena, budaya patriarki yang terus mengakar, mengharuskan perempuan untuk selalu menyadari bahwa lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya, sangat tidak ramah kepada perempuan. terlebih apabila, dalam hal kepemimpinan, perempuan harus menunjukkan prestasi untuk membuktikan kepada publik bahwa dirinya bisa.
Sedangkan laki-laki, tanpa capek-capek membuktikan kemampuan dan prestasinya, ia sudah diberikan kepercayaan penuh untuk memimpin. Bahkan sejak lahirnya menjadi laki-laki, ia sudah diberikan kepercayaan untuk menjadi pemimpin dalam dirinya.
Beda halnya dengan perempuan, ia harus membuktikan, berprestasi dan menuaikan hasil, baru masyarakat bisa percaya bahwa dirinya menjadi pemimpin. Hal itulah yang dialami oleh perempuan yang bernama Noor Nabaiyah.
Nooor Nabaiyah adalah perempuan asal Puger, Jember. Letak geografis di daerah pantai membuat kehidupannya sebagai perempuan memiliki cara unik untuk memberdayakan perempuan. Mengapa penulis sebut demikian? Dalam sebuah podcast yang tayang di akun youtube @shebuildspeaceIndonesia, ia menceritakan pengalamannya dalam bergerak untuk mendobrak ruang bagi perempuan berdikari dan menyampaikan aspirasinya.
Menariknya, Noor Nabaiyah dalam video tersebut menggugat keberadaannya ketika pemerintah desa tidak memberi ruang bagi dirinya. Ia justru melakukan diplomasi kepada pihak kecamatan untuk memberikan ruang bagi dirinya dan teman-teman yang lain untuk mendukung kegiatan yang dilakukan.
Apa yang dilakukan oleh Noor Nabaiyah nyatanya adalah sikap yang sangat penting untuk kita dukung sesama perempuan. Apalagi berkat keberanian dan sikap kepemimpinan yang tinggi, ia bersama perempuan-perempuan lainnya di Puger berhasil memenangkan desain batik, juara 2 se-kabupaten.
Dari prestasi itulah, produksi batik untuk diperjual belikan dan melayani pemesanan cukup banyak. Dari prestasi itulah, roda perekonomian perempuan-perempuan di Puger semakin membaik karena tidak hanya mengandalkan hasil laut saja.
Melalui video itu, Noor Nabaiyah tidak hanya menceritakan pengalaman hidupnya dalam mengawal kemandiri perempuan Puger yang selama ini memiliki tingkat literasi yang rendah. Penulis menyebutnya tingkat literasi rendah karena, berdasarkan kalimat yang disampaikan oleh Noor Nabaiyah yakni, “
“Sebelumnya kami tidak mengetahui apaitu anggaran, pemerintah desa, kami tidak tahu itu,” ungkap Noor.
Sekolah perempuan puger kreatif: ruang pertemuan perempuan untuk tumbuh
Ketdakpahaman Noor Nabaiyah bersama perempuan sekitarnya tidak berhenti pada cerita tersebut. Justru melalui sekolah perempuan puger kreatif (SPPK), mereka belajar banyak hal, khususnya tentang public speaking. Bagi Noor, SPPK adalah ruang untuk self development, khususnya dalam memberikan keberanian untuk dirinya mengawal para perempuan, mencoba untuk memberikan perubahan bagi daerah tempat tinggalnya.
“Kemanapun kami pergi, kita tidak pernah melupakan bahwa sekolah perempuan puger kreatif harus dikenalkan kepada masyarakat,” ucap Noor dalam memberikan penegasan bahwa SPPK merupakan ruang kreatif bagi perempuan untuk mengasah skill yang dimiliki.
Meskipun demikian, Noor dengan prestasi yang diraih selama ini, tentu ada banyak orang yang akan merasa tidak suka, atau bahkan merasa tidak nyaman dengan kepercayaan yang diberikan kepada dirinya. Eksistensi Noor, sangat dipertimbangkan dalam segala hal, karena diakui atau tidak, ia sudah membuktikan bahwa dirinya dengan skill kepemimpinan yang tinggi, mampu membawa perubahan bagi masyarakat. Mengantisipasi itu, Noor selalu membuka ruang dialog bagi sesame untuk memberikan pemahaman.
“ Saya selalu menekankan kepada orang-orang disekeliling saya bahwa, apa yang dilihat dari hasil proses, seperti halnya dibutuhkan oleh orang lain, dipercaya untuk ini dan itu, semata-mata karena ada usaha yang saya lakukan pada masa sebelumnya. Kalian semua bisa menjadi apa saja ketika ada semangat dan kerja yang baik. Sehingga tidak ada hal yang meracuni dari kerukukan SPPK,” jelas Noor dalam video tersebut.
Sejalan dengan nilai-nilai perdamaian yang didapatkan pada sekolah perempuan, Noor menegaskan bahwa apa yang disampaikan oleh orang lain, misalnya berupa caci maki atau komentar negatif, tidak perlu dibalas dengan hal negatif pula. Karena itu akan menimbulkan dampak negatif kepada tubuh kita. Cara terbaik untuk membalas dendam justru dengan karya dan hasil terbaik, sehingga pengucilan, peminggiran tidak lagi dilakukan oleh orang lain.
Menurut hemat penulis, sosok Noor Nabaiyah adalah perempuan pejuang, Kartini masa kini yang dengan semangat dan perjuangannya, mampu mendobrak, menciptakan perubahan dan merangkul perempuan-perempuan lainnya agar sama-sama maju.