Di sudut kota Jakarta, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, terdapat seorang perempuan tangguh yang tengah menebar benih perubahan. Dengan aksi nyata dan kreativitas yang tinggi, Tri Sugiarti, seorang ibu rumah tangga sederhana, berhasil mengubah tumpukan sampah menjadi karya seni yang bernilai dan menginspirasi. Kisahnya adalah bukti nyata bahwa setiap individu tanpa memandang gender, dengan semangat dan tangan terampil, dapat berkontribusi dalam menjaga sekaligus membangun resiliensi lingkungan, dan memberdayakan masyarakat, serta menciptakan dampak sosial yang positif.
Mendirikan Kreasi Manik
Perjalanan Tri Sugiarti dimulai dari sebuah pelatihan sederhana tentang pengolahan kertas. Dari situ, benih kreativitasnya mulai tumbuh subur. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara, ia berhasil menciptakan berbagai produk unik dari bahan-bahan bekas. Mulai dari tatakan gelas hingga hiasan tugu berbentuk monas, semua dihasilkan dari tangan-tangan kreatifnya. Berawal dari ide sederhana, Tri Sugiarti berhasil membangun bisnis kreatif bernama Kreasi Manik, yang menawarkan berbagai produk daur ulang yang berkualitas.
Membangun Kepercayaan Diri dan Membuka Peluang
Keberanian Tri Sugiarti untuk terus berinovasi dan mempromosikan produknya membuahkan hasil. Berbagai penghargaan berhasil ia raih, mulai dari tingkat lokal hingga tingkat provinsi. Keberhasilan ini semakin memantapkan langkahnya untuk terus berkarya dan menginspirasi orang lain.
“Harus percaya diri, dimanapun tempatnya, kapan pun saya selalu memamerkan, menceritakan apa kegiatan saya,” ungkap Tri dengan penuh semangat, seperti dilansir dari video pendek Kemenparekraf.
Bank Sampah Tri Alam Lestari: Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan
Melihat potensi besar dari sampah yang selama ini dianggap tidak berguna, Tri Sugiarti kemudian mendirikan Bank Sampah Tri Alam Lestari. Melalui bank sampah ini, ia berhasil mengajak masyarakat sekitar untuk peduli terhadap lingkungan dan ikut serta dalam kegiatan daur ulang.
“Semenjak ada bank sampah banyak warga yang sampahnya tidak menjadi percuma tapi bisa ditabung, bisa menjadi uang, bisa menjadi tambahan ke mereka,” ujar Tri.
Memberdayakan Masyarakat dan Generasi Muda
Tidak hanya fokus pada produksi dan penjualan produk daur ulang, Tri Sugiarti juga aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama anak-anak. Melalui kegiatan Sabtu Seru, ia mengajarkan anak-anak untuk kreatif dan memanfaatkan barang bekas.
“Jadi barang-barang yang sudah terbuang kayak kardus, botol bekas, seperti itu dibuat menjadi produk atau barang-barang yang bisa dipakai kembali dan menjadi cantik,” kata Tri.
Anak-anak yang mengikuti kegiatan ini merasa senang dan terinspirasi. Mereka belajar bahwa sampah bukanlah sesuatu yang harus dibuang begitu saja, tetapi bisa menjadi sesuatu yang bernilai.
Tantangan dan Pelajaran
Perjalanan Tri Sugiarti tentu tidak selalu mulus. Ia menghadapi berbagai tantangan. Misalnya, untuk menjalankan misi lingkungannya, ia berkendara menggunakan motor membawa alat-alat dan menyambangi setiap ada kerumunan ibu-ibu hanya untuk mengajak mereka berkreasi dengan sampah. Keraguan orang-orang di sekitarnya pun pernah menjadi tantangan tersendiri bagi Tri. Namun, dengan semangat yang tak pernah padam, ia berhasil mengatasi semua rintangan tersebut.
”Apapun kegiatan kita pasti ada tantangan ada rintangan. waktu itu niatnya pengen belajar menyampaikan sesuatu yang saya bisa ke orang lain. Terus saya juga ingin orang lain tahu bahwa sesuatu yang tidak berharga ketika kita olah, kita sentuh dengan cinta dan kemauan, itu nilainya akan bertambah,” ungkap Tri.
Melebihi Ekspektasi: Dampak Ekonomi dan Sosial
Selain mengubah sampah menjadi karya seni yang indah, inisiatif Tri Sugiarti juga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar. Bank Sampah Tri Alam Lestari tidak hanya turut berkontribusi dalam menghadapi tantangan lingkungan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi bagi warga. Melalui program penukaran sampah dengan uang, masyarakat dapat meningkatkan pendapatan mereka dan memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap pengelolaan sampah.
Menginspirasi Generasi Muda: Sabtu Seru
Salah satu program unggulan Tri Sugiarti adalah “Sabtu Seru”. Program ini ditujukan untuk anak-anak usia sekolah, di mana mereka diajarkan untuk membuat berbagai kerajinan tangan dari bahan bekas. Melalui program ini, Tri Sugiarti tidak hanya menanamkan nilai-nilai lingkungan, tetapi juga mengembangkan kreativitas dan keterampilan anak-anak.
“Saya di sini belajar bersama Bude Tri karena saya ingin melatih kreativitas saya. Saya membuat barang untuk tempat pensil, tempat tisu. daripada kita bermain gadget dan kena radiasinya, saya ingin belajar dan bermain dan membuat hari-hari saya bermanfaat,” ungkap Niken, salah satu peserta Sabtu Seru.
Berkolaborasi dengan Sekolah Adiwiyata
Tri Sugiarti tidak hanya puas berbagi ilmunya dengan anak-anak di lingkungan sekitar. Ia juga aktif terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 161 Jakarta Selatan, sebuah sekolah adiwiyata. Dengan tulus, ia menanamkan benih-benih kepedulian terhadap lingkungan pada generasi muda, tanpa memandang latar belakang agama. Baginya, menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang melampaui batas-batas perbedaan.
“Anak-anak didik di sini tidak hanya dari satu agama, tapi juga non muslim, tapi tetap apapun agamanya mengajarkan kebaikan, mengajarkan berbagi, saling menghargai, kerjasama, kreatifitas, saling mencintai lingkungan dan alam, karena alam ini punya kita semua, untuk kita semua, bukan untuk agama tertentu.” ungkap Tri Sugiarti dengan penuh semangat.
Keberhasilan Tri Sugiarti tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, perusahaan swasta, hingga komunitas masyarakat. Kolaborasi yang kuat ini memungkinkan Tri Sugiarti untuk memperluas jangkauan programnya dan memberikan dampak yang lebih besar.
“Alhamdulillah bersyukur karena banyak yang mengapresiasi, bahwa berarti mereka ada perhatian untuk kami yang punya kegiatan di lingkungan masyarakat,” ujar Tri dengan penuh syukur.
Pelajaran Berharga
Kisah Tri Sugiarti mengajarkan kita banyak hal. Pertama, setiap individu, termasuk perempuan, dapat membuat perubahan positif. Kedua, kreativitas dan inovasi adalah kunci untuk mengatasi masalah lingkungan yang menjadi tantangan kita saat ini. Ketiga, sebuah praktik baik membutuhkan kolaborasi dan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Kisah Tri Sugiarti mengajarkan kita bahwa setiap individu, termasuk perempuan memiliki potensi untuk membuat perubahan positif. Dengan semangat yang tinggi, kreativitas, dan ketekunan, kita dapat mengatasi berbagai tantangan dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Tri Sugiarti tidak hanya membuktikan bahwa sampah bisa menjadi berkah, tetapi juga menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dapat menjadi kekuatan besar dalam mengatasi masalah lingkungan. Melalui praktik baiknya, ia telah menginspirasi banyak orang untuk peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan, serta membangun resiliensi lingkungan yang lebih kuat untuk generasi mendatang.