Mama Aleta Baun, seorang perempuan tangguh dari Mollo, Nusa Tenggara Timur, dikenal sebagai pejuang lingkungan yang berani. Kiprahnya dalam melindungi tanah adat dari perusakan tambang telah menginspirasi banyak orang, khususnya perempuan. Mama Aleta menjadi contoh nyata bagaimana perempuan memainkan peran penting dalam menciptakan solusi berkelanjutan untuk krisis lingkungan.
Bagi Mama Aleta dan masyarakat adat Mollo, tanah bukan sekedar sumber daya, melainkan jiwa yang hidup dan bagian dari identitas mereka. Mama Aleta menyadari bahwa ketika alam dirusak, budaya, dan kehidupan masyarakat turut terancam. Bagi mereka, peran perempuan tidak hanya menjaga keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhubung secara mendalam dengan alam melalui tradisi, kepercayaan, dan kehidupan sehari-hari.
Melawan dengan Menenun
Mama Aleta menjelaskan bahwa di tanah timur Indonesia, alam dianggap seperti tubuh manusia. Hutan adalah urat nadi, air adalah darah, tanah adalah kulit, dan batu-batu adalah tulang. Filosofi tersebut menjadi pedoman bagi masyarakat adat Mollo untuk menjaga alam sebagai bagian dari kehidupan masyarakat setempat.
Perjuangan Mama Aleta dalam melawan pertambangan marmer dimulai pada tahun 1996, Ketika perusahaan tambang marmer beroperasi di Kawasan hutan adat masyarakat Mollo. Aktivitas tambang yang dilakukan tidak hanya mengancam kelestarian lingkungan, tetapi juga mengancam kehidupan masyarakat disana. Masyarakat adat Mollo hampir seluruhnya menggantungkan diri pada hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari. Mama Aleta menyadari bahwa kegiatan pertambangan akan menghancurkan sumber daya alam yang menjadi tumpuan hidup masyarakat di Mollo, terutama para perempuan yang setiap hari mengelola kebutuhan keluarga dari hasil alam.
Sebagai bagian dari masyarakat adat, Mama Aleta merasa bahwa peran perempuan sangat penting dalam menjaga alam. Ia memahami jika alam sudah rusak, maka perempuanlah yang pertama kali merasakan dampaknya. Hal inilah yang membulatkan tekad Mama Aleta untuk memimpin perlawanan terhadap perusahaan tambang dengan cara yang kreatif dan damai. Bersama 150-an perempuan Mollo, Mama Aleta melakukan aksi protes dengan duduk menenun di tengah-tengah lokasi tambang. Kegiatan menenun dan tenunan yang dihasilkan menjadi suatu symbol dari tubuh bumi yang harus dijaga dan dilindungi.
Meski demikian, aksi menenun di lokasi pertambangan bukanlah suatu perkara yang mudah. Mama Aleta menghadapi berbagai ancaman, mulai intimidasi, ancaman kekerasan, hingga ancaman pembunuhan. Ia bahkan harus sembunyi di hutan selama tiga bulan Bersama bayinya untuk menghindari penangkapan. Setelah lebih dari sepuluh tahun berjuang, Mama Aleta berhasil menutup lima tambang marmer di wilayah Mollo.Â
Kemenangan Mama Aleta membawa penghargaan internasional, termasuk Goldman Environmental Prize pada tahun 2013, yang dikenal sebagai salah satu penghargaan tertinggi di bidang lingkungan. Namun, bagi Mama Aleta, penghargaan ini bukanlah tujuan akhir. Ia mendedikasikan penghargaannya untuk seluruh masyarakat adat yang telah bersama-sama berjuang melindungi alam.Â
Bagi Mama Aleta, menjaga alam bukan hanya soal menjaga lingkungan fisik, tetapi juga soal menjaga hak asasi manusia. Ketika tanah dirusak, hutan dibabat, dan sumber air hilang, maka kehidupan masyarakat adat pun menjadi terancam. Hal ini memberikan arti bahwa banyak hak mereka atas kelangsungan hidup juga direnggut.
Partisipasi Perempuan dalam Perjuangan Lingkungan
Kisah Mama Aleta menjadi contoh nyata bagaimana perempuan dapat berperan aktif dalam menjaga lingkungan. Di lingkungan masyarakat, perempuan seringkali menjadi yang pertama merasakan dampak langsung dari kerusakan alam, baik krisis air, lahan yang tak lagi subur, atau polusi. Namun, dengan pengalaman inilah yang menjadikan Mama Aleta dan masyarakat adat menjadi aktor utama dalam menemukan solusi.
Mama Aleta menjadi bukti bahwa perempuan bisa memimpin perubahan besar. Dengan memobilisasi para perempuan di lingkungan masyarakat adat, ia menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam perjuangan lingkungan bukan hanya penting, tapi juga mendesak. Dalam banyak situasi, suara perempuan seringkali diabaikan, namun aksi Mama Aleta menunjukkan bahwa Ketika perempuan berbicara dan bertindak, dapat menghasilkan Gerakan perubahan yang nyata.
Tidak hanya sekedar memenangkan perusahaan tambang, Mama Aleta telah menanamkan harapan bagi generasi masa depan. Melalui gerakannya, perempuan memiliki kemampuan yang unik untuk merawat dan melindungi alam, membawa perspektif yang seringkali terabaikan dalam upaya pelestarian lingkungan. Perjuangannya bukan hanya tentang mempertahankan tanah Mollo, tetapi juga tentang bagaimana mempertahankan harapan bahwa alam dapat dipulihkan serta manusia yang dapat hidup selaras dengan bumi.