Friday, December 6, 2024
spot_img
HomeCerita Tia Brizantiana : Sebuah Perubahan dari Anak Muda (Part 3)

Cerita Tia Brizantiana : Sebuah Perubahan dari Anak Muda (Part 3)

Dalam proses pendampingannya, Tia menggunakan pendekatan persuasif untuk memastikan bahwa nilai dan gagasannya terhadap perdamaian dan gender dapat diterima oleh anak muda yang ia dampingi. Salah satu kunci keberhasilannya adalah kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik. Dengan menjadi pendengar yang baik, meskipun tidak selalu mudah, Tia dapat belajar tentang pemikiran dan tingkah laku mereka yang didampinginya. Ia juga selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pendampingan yang terbaik.

Pengalaman pribadinya sebagai seorang ibu dari seorang remaja juga memperkuat komitmennya dalam mendampingi anak muda. Dalam setiap kesempatan, Tia selalu berupaya mendorong anak muda untuk mengembangkan nilai-nilai perdamaian dan kesetaraan gender di lingkungan sekitar mereka. Dengan dedikasinya tersebut, Tia menjadi contoh inspiratif bagi orang-orang di sekitarnya.

Hal lainnya, Tia percaya bahwa anak muda membutuhkan teman yang dapat mendengarkan opini dan pola pikir mereka. Sebagai pendamping, kemampuan mendengarkan setiap perasaan menjadi skill yang diperlukan dalam mengeksplor banyak hal untuk perkembangan pendampingannya. 

Tia mulai mencoba mengembangkan media sebagai ruang berkarya Sahabat Simfoni. dengan seringkali melibatkannya dalam sejumlah podcast yang diproduksi oleh Solo Bersimfoni. Selain itu, mereka juga dilatih untuk tampil di depan publik, seperti sosialisasi Hasthalaku di sekolah, menjadi narasumber di podcast, pembawa acara, dan lainnya.

Melalui pemanfaatan ruang digital, banyak anak muda yang antusias dalam membuat produk digital yang melibatkan mereka. Tia melihat penggunaan ruang digital sebagai cara untuk membangun pengembangan diri bagi anak muda. Banyak Sahabat Simfoni yang mulai berani tampil di depan publik dan mengembangkan pemikiran mereka.

Tia merasa bangga dengan perubahan yang dialami oleh Sahabat Simfoni melalui pemanfaatan ruang digital yang terbukti mampu menjadi sarana yang efektif untuk mendukung pengembangan diri dan pemikiran anak muda. 

Hasthalaku sebagai Respons Kerentanan dan Tantangan Anak Muda di Solo

Sebagai kota yang kaya akan keberagaman, Solo tidak lepas dari ancaman isu intoleransi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Beberapa tahun terakhir sejumlah aksi intoleran, radikal, ekstrem, dan terorisme seringkali mengancam keamanan dan kenyamanan di kota ini. Oleh karena itu, pendidikan toleransi sangat penting bagi generasi Z dalam menghadapi isu-isu intoleran yang sering muncul di platform digital.

Di tengah krisis identitas yang sedang melanda, delapan nilai Hasthalaku menjadi penawar harapan untuk membangkitkan kembali budaya Jawa yang menekankan pada sopan santun dan gotong royong. Dalam hal ini, Hasthalaku menjadi solusi untuk mengajarkan nilai-nilai luhur budaya Jawa yang dapat membentuk perilaku toleran pada generasi Z. Anak muda yang dekat dengan dunia digital yang semakin maju rentan untuk terekspos konten-konten intoleran. Oleh karena itu, penyebaran nilai Hasthalaku menjadi semakin penting bagi mereka dalam menghadapi ancaman intoleransi dan mempertahankan persatuan dan kesatuan masyarakat kota Solo yang multikultural. 

Tia mengambil langkah lebih lanjut dengan melakukan upaya penyadaran publik kepada anak-anak muda melalui Sahabat Simfoni dan menjadi teman serta pendengar bagi mereka dalam proses pencarian jati diri. Tantangan dalam menumbuhkan nilai-nilai perdamaian tersebut tentu tidak dapat terelakkan. Tidak semua sekolah menerima niat baik mereka dalam menerapkan nilai-nilai Hasthalaku. Beberapa sekolah bahkan mempersulit proses perizinan atau urusan administrasi di tengah kesadaran akan pentingnya kolaborasi antar lembaga yang masih rendah. 

Tantangan lainnya adalah akses internet yang sangat terbuka dan justru kerap kali menjebak anak muda untuk meyakini pemahaman intoleran atau bahkan meragu untuk menerapkan nilai Hasthalaku. Namun, Tia tidak menyerah di tengah tantangan ini. Justru tekadnya semakin bulat untuk terus berusaha menggemakan nilai-nilai Hasthalaku di seluruh lembaga pendidikan di Solo agar sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman. 

Bahkan ketika salah satu Sahabat Simfoni masih enggan untuk berkunjung ke rumah ibadah dan mengucapkan selamat hari raya kepada kelompok agama yang berbeda, Tia tidak marah dan menyalahkan mereka. Sebaliknya, ia terus memotivasi anak muda untuk memahami pentingnya nilai-nilai perdamaian dan toleransi.

Tia yakin bahwa masa depan bangsa yang damai dan toleran akan bergantung pada partisipasi bermakna anak muda di dalamnya. Oleh karena itu, ia dan Solo Bersimfoni akan terus berjuang untuk menumbuhkan nilai-nilai perdamaian di antara anak muda, meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan.

 

Nita Nurdiani
Nita Nurdiani
Ia sering menggunakan nama pena Nurdiani Latifah. Sejak 2019, bergabung bersama AMAN Indonesia dan menjadi staf media yang mengelola media sosial WGWC dan Knowledge-Hub WGWC. Sebelumnya, menjadi jurnalis di Bandung selama 3 tahun. Tulisannya pernah diterbitkan dalam antologi Perempuan Mengakarkan Perdamaian (AMAN Indonesia, 2022) dan Melangkahi Luka: 12 Kisah Perjalanan Menuju Damai (Jakatarub, 2014). Tulisannya juga dapat ditemukan di media keislaman online seperti islami.co, mubadalah.id, bincangmuslimah.com dan iqra.id. Penulis dapat dihubungi melalui instagram @nl_nurdiani
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments