Saturday, July 27, 2024
spot_img
HomeOpiniPotret Kehidupan Muslim India Sebagai Minoritas

Potret Kehidupan Muslim India Sebagai Minoritas

India merupakan salah satu negara yang cukup dikenal di Indonesia melalui film Bollywoodnya. Potret kehidupan India sangat terasa membahagiakan melalui produksi filmnya karena selalu memberikan tarian-tarian yang luar biasa. Kekayaan budaya yang dimiliki oleh India, selalu tampil dalam film Bollywood dan menjadi ciri khas atas produksi filmnya. Akan tetapi, perlu diketahui potret kehidupan yang lain di India berkenaan dengan kondisi muslim disana. Seperti yang kita ketahui bahwa, India bukan negara yang mayoritas Islam seperti di Indonesia.

Fakta sejarah memaparkan bahwa, Islam masuk pada 712 M di Selatan Punjab, India dan negeri Sind yang dipimpin oleh Muhammad bin Qasim al-Thaqafi, panglima perang pada masa Dinas Bani Umayyah di bawah kepemimpinan khalifah Walin bin Abd Malik. Penaklukannya itu berhasil membangun kerajaan yang kuas dampai kesultanan Delhi pada abad ke-13. Negara India merdeka pada tahun 1947. 20 % populasi negara tersebut dihuni oleh masyarakat muslim. Sedangkan mayoritas penduduknya, adalah agama Hindu.

Posisi inferior ini menjadikan penduduk muslim di India memiliki banyak sekali kendala untuk hidup berdikari dalam konteks sosial. Ruang yang sempit bagi masyarakat muslim di India terlihat dari sisi politik. Masyarakat muslim disana tidak mempunyai partai politik yang besar dan yang mampu untuk menduduki parlementer dan bersaing dengan masyarakat hindu.

Selain itu, ada beberapa kondisi lain yang dirasakan oleh muslim India, di antaranya: Pertama, bidang pendidikan. Masyarakat muslim kurang berpendidikan dibandingkan dengan umat Hindu. Hal ini dilihat dari banyaknya masyarakat muslim yang tidak menempuh pendidikan dan mengalami buta huruf. Hal ini juga karena terkendala akses untuk menuju Lembaga pendidikan yang membuat susah. Kalau kita melihat keberadaan pendidikan di India, ada beberapa Lembaga pendidikan Islam yang terkenal di India, seperti: Universitas Muslim Aligarh, Madrasah Ar Al-Ulum deoband, dan sekolah Muhammedan Anglo Oriental Collge (MAOC).

Akan tetapi, keberadaan Lembaga pendidikan tersebut belum memberikan bukti yang maksimal tentang pendidikan masyarakat muslim. hal ini dilihat dari tantangan pemenuhan dunia pendidikan dasar menengah agar mencapai 100% angka buta huruf. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan kesempatan bagi semua masyarakat agar bisa menempuh pendidikan.

Kedua, bidang agama. Pemerintah India secara eksplisit menyatakan untuk memisahkan urusan agama dengan urusan pemerintah yang kemudian disebut sekular. Tidak hanya itu, dalam konteks hubungan sosial yang beragam, ada ketegangan antara masyarakat masyarakat Hindu dengan Islam.

Ketiga, bidang ekonomi. Ketegangan yang terjadi antara umat muslim dengan umat Hindu menyebabkan permasalahan ekonomi. Hal ini terlihat dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1992 terjadi perombakan masjid Babri. Umat muslim melakukan pemisahan tempat tinggal bersama penganut agama lain. Akan tetapi, upaya tersebut tetap saja memicu ketegangan dari umat Hindu yang fanatik. Dampaknya, membuat susah interaksi sehingga meningkatkan kemiskinan pada masyarakat muslim.

Dari sinilah kita mampu memahami bahwa, sikap superior dalam konteks hubungan sosial, tidak hanya terjadi pada masyarakat muslim di Indonesia. fakta ini menyebabkan banyak dampak buruk tehradap umat muslim tersendiri. Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat muslim mengakibatkan beban berlipat seperti kelaparan, pendidikan yang rendah, buta huruf, dll. Fakta ini semakin menguatkan kesengsaraan sebagai minoritas.  Terjadinya kekerasan struktural dalam kehidupan masyarakat muslim di India, memberikan dampak negatif yang sangat berat.

Kekerasan struktural ini mempengaruhi hidup banyak orang meskipun tidak terlihat secara langsung. Keempat, sosial kemasyarakatan. Di India, khususnya pada masyarakat Hindu, hubungan  sosial dengan masyarakat lain, dikenal dengan adanya kasta atau strata sosial. ada empat kasta di negara India yaitu: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Tingkatan paling tinggi diduduki oleh Brahmana (pendeta), Ksatria (tentara dan para pemimpin pemerintah), Waisya (pedagang dan petani), Sudra (buruh dan pengrajin).

Sedangkan posisi umat muslim di India, menempatkan kasta Sudra. Kasta terendah ini menjadikan kehidupan umat muslim di India penuh sengsara. Mereka tidak memiliki akses untuk berpendidikan yang baik. Kesempatan hidup untuk bersosial dengan masyarakat lain sangat terbatas. Hal ini karena dipengaruhi oleh sistem sosial, hingga memicu ketegangan yang terjadi di antara dua kelompok, yakni masyarakat muslim dengan masyarakat Hindu.

Ketegangan hubungan ini mengakibatkan kehidupan perempuan muslim di India juga bermasalah. Hal ini terlihat dari perlawanan yang dilakukan oleh para perempuan muslim yang menolak pelarangan jilbab. Pemerintah melarang penggunaan jilbab di ruang publik, termasuk pendidikan. Dengan berdasar kepada pemisahan sistem pemerintahan dengan agama, semakin terlihat kekerasan simbolik yang dialami oleh perempuan muslim yang hidup sebagai kelompok minoritas di India.

Tidak hanya itu, kelompok nasionalis Hindu melakukan penyerangan kepada para perempuam muslim dengan melarang penggunaan atribut keagamaan di ruang publik. Hal ini semakin memicu hubungan yang bermasalah antara kelompok Islam dengan Hindu di India.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments