Di sebuah dusun kecil di kabupaten Gresik, berdiri ruang yang tidak hanya menjadi tempat belajar bagi anak-anak, tetapi juga menjadi tempat untuk menanamkan nilai perdamaian, toleransi, dan kebersamaan. Tempat ini dikenal dengan nama Omah Ajar Kartini, sebuah inisiatif yang dipelopori oleh perempuan inspiratif, Yuyun Anita dan Hirda Rivana. Melalui Omah Ajar Kartini, mereka meyakini bahwa pendidikan adalah langkah awal menuju masa depan yang damai, di mana perbedaan dihargai dan teknologi digunakan untuk membangun kedamaian, bukan konflik.
Menanamkan Toleransi Sejak Usia Dini
Yuyun Anita dan Hirda Rivana tidak hanya memandang pendidikan sebagai kegiatan transfer ilmu, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun kesadaran sosial yang mendalam. Bagi mereka, pendidikan adalah jalan untuk menciptakan generasi yang dapat hidup harmonis meski dengan segala perbedaan yang ada di sekitar mereka.
Di Omah Ajar Kartini yang diinisasi oleh Yuyun Anita telah mengajarkan kepada anak-anak bahwa perbedaan bukanlah hal yang perlu ditakuti, melainkan kekayaan yang harus dirayakan. Melalui berbagai kegiatan kreatif seperti membuat damar kurung (kebudayaan tak benda Gresik), mengenal budaya lokal, hingga bertani hidroponik. Anak-anak diajak untuk bekerja sama, saling mendukung, dan memahami pentingnya toleransi. Mereka belajar bahwa kebersamaan dapat terwujud meski berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Hirda Rivana, dengan pengalaman dan keahliannya, juga memperkenalkan anak-anak pada nilai-nilai empati melalui permainan dan diskusi. Anak-anak dilatih untuk memahami sudut pandang orang lain, yang membantu mereka lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan sesama. Pendekatan ini, meskipun sederhana, memberikan dampak yang besar dalam membentuk pola pikir yang menghargai keragaman.
Menghadapi Tantangan Dunia Digital
Perkembangan teknologi dan media sosial membawa tantangan baru bagi anak-anak, salah satunya adalah paparan terhadap hoaks dan informasi palsu. Di tengah perkembangan dunia digital yang begitu pesat, Yuyun dan Hirda sangat menyadari pentingnya literasi media bagi generasi muda. Di Omah Ajar Kartini, mereka mengajarkan anak-anak untuk lebih kritis terhadap informasi yang mereka temui di media sosial dan mengenali mana berita yang bisa dipercaya dan mana yang hanya sekadar opini atau bahkan hoaks.
Literasi media bukan hanya tentang memerangi informasi palsu, tetapi juga mengajarkan anak-anak bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak. Yuyun, Hirda, dan teman-teman volunteer lainnya mengajak anak-anak Omah Ajar kartini untuk melihat media dan teknologi sebagai alat yang bisa mendukung kreativitas, belajar, dan membangun hubungan positif, bukannya sebagai sumber konflik atau kebingungan.
Kegiatan literasi media yang dilaksanakan di Omah Ajar Kartini dibuat semenarik mungkin, dengan pendekatan yang menyenangkan dan mudah dipahami. Anak-anak tidak hanya diajarkan untuk mengenali bahaya hoaks, tetapi juga diajarkan cara menggunakan media untuk menyebarkan kebaikan, membantu mereka berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang lebih damai dan aman.
Â
Ruang Aman untuk Tumbuh dan Berkembang
Lebih dari sekadar tempat untuk belajar, Omah Ajar Kartini adalah ruang aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Di sini, mereka merasa dihargai, didengar, dan dilindungi. Setiap kegiatan yang diselenggarakan bertujuan untuk mengenalkan mereka pada nilai-nilai positif, seperti saling menghargai dan bekerja sama.
Yuyun, yang fokus pada kegiatan berbasis budaya lokal, membantu anak-anak untuk bangga dengan identitas mereka. Selain itu, mereka juga mengajak untuk melihat dunia lebih luas melalui cerita, diskusi, dan berbagai pengalaman. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, anak-anak diajak untuk tidak hanya memahami diri mereka sendiri, tetapi juga peduli terhadap orang lain dan komunitas sekitar mereka.
Di Omah Ajar Kartini, anak-anak belajar untuk berani mengemukakan pendapat, serta lebih memahami arti solidaritas dan kerja sama. Banyak anak yang sebelumnya pemalu kini lebih percaya diri dan berani bersuara. Ini adalah hasil dari pendekatan yang penuh kasih sayang, di mana setiap anak merasa dihargai.
Perempuan sebagai Penggerak Perubahan dalam Komunitas
Keberadaan Yuyun dan Hirda di tengah masyarakat mereka menunjukkan bagaimana perempuan muda memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak perubahan yang tidak hanya berfokus pada kesejahteraan diri sendiri, tetapi juga pada kesejahteraan bersama. Mereka menyadari bahwa perubahan sosial bukanlah hal yang bisa terjadi secara instan, namun melalui upaya yang konsisten, berkelanjutan, dan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Perempuan, dengan segala kelembutan dan empati yang dimilikinya, seringkali mampu menghadirkan solusi yang lebih manusiawi, kreatif, dan berkelanjutan untuk tantangan yang dihadapi oleh komunitas mereka.
Dalam peran mereka sebagai pendidik, Yuyun dan Hirda mengajarkan kepada anak-anak pentingnya nilai-nilai sosial yang dapat memperkuat ikatan antarindividu dan komunitas. Mereka memahami bahwa pendidikan yang dilakukan dengan penuh kesadaran sosial akan membawa dampak positif yang lebih luas. Tidak hanya akan ada perubahan dalam diri anak-anak yang mereka ajar, tetapi juga dalam masyarakat di sekitar mereka yang terinspirasi oleh nilai-nilai yang ditanamkan dalam setiap proses pembelajaran.
 Selain itu, Yuyun dan Hirda juga melihat pentingnya peran perempuan dalam memperkenalkan pendekatan berbasis pemberdayaan dalam setiap aspek kehidupan. Mereka percaya bahwa dengan memberdayakan perempuan, bukan hanya anak-anak atau masyarakat di sekitar mereka yang akan mendapatkan keuntungan, tetapi juga dunia secara keseluruhan. Perempuan yang sadar akan pentingnya pendidikan, kesetaraan, dan pemberdayaan akan menjadi pemimpin yang dapat membawa perubahan positif yang berkelanjutan.
Yuyun dan Hirda menjadi bukti bahwa perempuan muda tidak hanya bisa memainkan peran sebagai ibu atau pengelola rumah tangga, tetapi mereka juga dapat berperan sebagai pemimpin dalam pendidikan, pembaharuan sosial, dan pemberdayaan. Mereka tidak hanya mengajarkan keterampilan akademis, tetapi juga moral dan etika yang mendalam, yang kelak akan membentuk individu yang bertanggung jawab, peduli, dan penuh empati.
 Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Damai
Omah Ajar Kartini lebih dari sekadar tempat belajar ini adalah ruang untuk menanamkan benih-benih perdamaian. Melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan, nilai-nilai perdamaian, saling menghormati, dan kebersamaan diajarkan dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak. Dengan harapan bahwa kelak mereka akan menjadi agen perubahan yang akan membawa kedamaian di lingkungan mereka masing-masing.
Dengan langkah-langkah kecil namun penuh makna, Yuyun Anita dan Hirda Rivana menunjukkan bahwa perdamaian bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana. Mereka telah membuktikan bahwa pendidikan adalah fondasi yang dapat membangun masa depan yang lebih harmonis, satu anak, satu pelajaran, dan satu harapan pada satu waktu. Omah Ajar Kartini tidak hanya menciptakan ruang belajar, tetapi juga ruang untuk masa depan yang lebih damai bagi semua.