Tuesday, September 16, 2025

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Dimulai dari Dapur Umum: Kisah Dariyah Soerodikoesoemo dan Nyi Kusnah Ruswo Prawiroseno

Dalam setiap perayaan kemerdekaan Indonesia, nama tokoh perempuan nyaris tak pernah disebut. Padahal, kemerdekaan tidak hanya lahir dari pertempuran di medan perang, tetapi juga dari kerja-kerja senyap yang digerakkan oleh tangan-tangan perempuan. Dari balik ruang-ruang yang jarang disorot, mereka menyalakan kekuatan yang menjadi salah satu kunci kemenangan bangsa.

Salah satu ruang senyap tersebut ialah dapur umum. Ya, selama perang revolusi di tahun 1945-1949, badan yang mengurusi logistik para pejuang belum terbentuk. Karena itu di Surabaya misalnya, sosok Dariyah Soerodikoesoemo atau lebih dikenal sebagai Dar Mortir berinisiatif untuk mendirikan dapur umum.

Julukan “Mortir” yang disandang Dariyah sebenarnya merupakan sebutan untuk kebiasaannya yang suka melempar sirih di mulutnya begitu ada orang yang meledeknya   biasanya para pemuda pejuang. 

Melansir dari Historia.id, Dar Mortir menginisiasi 100 dapur umum yang tersebar di Gresik dan Sidoarjo.  Lewat tangan dinginnya, Dar Mortir memimpin tim pasukan dapur umum untuk memastikan perut para pejuang tidak kelaparan. Karena menurutnya, hanya dengan perut yang kenyang, seseorang bisa bekerja dengan tenang dan penuh semangat. 

Setiap hari, sebelum matahari terbit para anggota dapur umum yang dipimpin oleh Dar Mortir menyiapkan 500-1000 bungkus nasi. Mereka memasak makanan, membungkusnya memakai daun pisang, lalu mengemas nasi bungkus ke dalam keranjang. Dar Mortir terus memastikan nasi bungkus tersebut sampai pada para prajurit dengan aman dan tidak basi. 

Selain membuat dapur umum, Dar Mortir juga mendirikan dan mengorganisir pos-pos Palang Merah Indonesia (PMI) untuk merawat para pejuang yang terluka kala itu. Bahkan ia pernah merawat luka Bung Tomo dengan menggunakan obat tradisional. Berkat perawatannya, Bung Tomo berhasil sembuh dan kembali ke medan perang. 

Ruswo Pahlawan dari Dapur Umum Yogyakarta

Masih dalam perjuangan yang sama, Nyi Kusnah Ruswo Prawiroseno atau dikenal dengan sebutan Ruswo juga berjuang merebut kemerdekaan Indonesia lewat dapur umum. 

Dalam Jurnal Kurniawanti disebutkan bahwa Ruswo disebut sebagai “pahlawan tiga jaman”, yakni masa pemerintahan Hindia-Belanda, masa pendudukan Jepang, dan masa revolusi fisik. 

Di masa revolusi fisik di Yogyakarta, Ruswo mengambil peran sebagai koordinator dapur umum. Ia aktif membuat dan menyalakan dapur-dapur umum sebagai bentuk bantuan dan kecintaannya pada para pejuang kemerdekaan. 

Di tengah keterbatasan sumber daya dan bahan makanan, Ruswo terus berupaya untuk mendapatkan bahan pangan yang cukup demi memenuhi kebutuhan dapur umum dan mendukung perjuangan kemerdekaan. Ia juga mendorong para perempuan lain untuk ikut terlibat dalam mengumpulkan sumbangan dari penduduk. 

Tim dapur umum yang dipimpin oleh Ruswo bertanggung jawab untuk menyiapkan kebutuhan logistik para prajurit. Tugas ini bukan hanya menyediakan bahan makanan saja, tetapi juga meliputi pencarian bahan, memasak, serta mendistribusikannya pada para pejuang. 

Tentu saja tugas ini penuh resiko, sebab pada masa itu pasukan Belanda sangat ketat membatasi ruang-ruang gerak warga Indonesia. Di sisi lain, Ruswo juga harus berjuang untuk memastikan kebutuhan logistik tersebut bisa sampai pada pasukan di daerah-daerah lain, mulai dari Magelang, Ambarawa, hingga Semarang. 

Mengutip dari “Memoar Mayor Jenderal Raden Pranoto Reksosamodra”, Ruswo sering melakukan perjalanan ke kota-kota yang kala itu diduduki pihak Belanda. Ia bertugas sebagai kurir atau berbelanja keperluan para prajurit yang sedang bergerilya di luar kota. Bahkan bukan hanya makanan yang ia antar, kerap kali ia juga membawa surat pesan untuk para prajurit. 

Meski dikenal sebagai pahlawan dari dapur umum, Ruswo sebetulnya banyak juga terlibat dalam berbagai organisasi, mulai dari Komite Pembela Buruh Perempuan Indonesia, Komite Penyokong Perguruan Indonesia, hingga Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak (P4A). 

Dalam buku “Penghancuran Gerakan Perempuan” Saskia Wieringa mencatat bahwa Ruswo turut hadir dalam Kongres Persatuan Perkumpulan Isteri Indonesia (PPII) II di Surakarta pada 1932 di mana isu perdagangan perempuan santer diperbincangkan. Dalam kongres tersebut, Ruswo menyampaikan pemikirannya bahwa perdagangan perempuan adalah penyakit dunia yang harus segera dituntaskan.

 

Penghargaan yang Diberikan pada Dar Mortir dan Ruswo

Atas jasa-jasanya dalam mengkoordinir kebutuhan logistik di masa perang, Dar Mortir dan Ruswo dianugerahi berbagai penghargaan. Salah satu penghargaan yang mereka terima adalah Bintang Gerilya dari pemerintah Indonesia.

Selain itu, pada 25 Mei 1947 Panglima Divisi III juga memberikan penghargaan pada Ruswo pada saat Apel Besar di Magelang. Penghargaan ini sebagai pengakuan atas kontribusi dan perjuangannya dalam memastikan pemenuhan logistik para prajurit. 

Bentuk penghargaan lain dilakukan oleh pemerintah Surabaya, sebagai upaya apresiasi atas perjuangan Dar Mortir, ia mengabadikannya dalam bentuk monumen Tugu Pahlawan. 

Meski berbagai penghargaan telah diberikan pada dua sosok pahlawan perempuan ini, dalam berbagai momen bersejarah, dalam hal ini kemerdekaan Indonesia, Dar Mortir dan Ruswo harus tetap kita sebut. Sebab, kontribusi mereka adalah bagian penting yang harus kita ingat. 

Menyebut nama mereka bukan sekadar bentuk penghormatan, tetapi juga cara merawat ingatan kolektif bahwa kemerdekaan Indonesia diperjuangkan bukan hanya oleh laki-laki, tetapi juga perempuan. Perjuangan itu pun lahir bukan semata dari medan perang, melainkan juga dari ruang-ruang senyap, salah satunya dapur umum. []

Fitri Nurajizah
Fitri Nurajizah
Fitri Nurajizah, lebih senang dipanggil Fitri aja. Senang berkegiatan di alam, terutama hutan & gunung. Sehari-hari aktif bekerja di Media Mubadalah.id dan sedang menjadi sahabat teman-teman Program Beasiswa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF menulis. Jika ingin lebih dekat, bisa disapa di akun Instagram @fitri-nurajizah

Terpopuler
Artikel

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here