Saturday, July 27, 2024
spot_img
HomeOpiniMengenal David Kloos, Perserta Aktif di Perhelatan KUPI II

Mengenal David Kloos, Perserta Aktif di Perhelatan KUPI II

David Kloos adalah salah satu peserta aktif dalam perhelatan KUPI II baik di Semarang maupun Jepara. Ia menjadi pembicara aktif di hampir semua sesi di Semarang, dimulai dari pembukaan MPF (Mubadalah Postgraduate Forum) dan dilanjutkan dengan acara International Converence KUPI II di UIN Walisongo Semarang.

Peneliti senior di Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV) ini menyelesaikan disertasinya mengenai Islam di Aceh, Indonesia di tahun 2013. Ketertarikannya dengan budaya beragama dan perempuan Indonesia ini dilanjutkan dalam penelitiannya mengenai otoritas islam perempuan dan komunikasi public di Malaysia dan Indonesia pada tahun 2016 hingga 2020.

Bersamaan dengan perhelatan KUPI II ini, David Kloos sedang melakukan penelitian mengenai kepemimpinan Islam perempuan di Asia Tenggara. Dalam penelitian tersebut, David Kloos memfokuskan kajiannya pada otoritas keagamaan perempuan baik khotib, ahli agama, maupun politisi yang telah mengisi ruang public di Malaysia dan Indonesia.

Aktif Semenjak KUPI I di Kebon Jambu

Tak hanya menghadiri KUPI II di Semarang dan Jepara, David Kloos telah aktif semenjak perhelatan KUPI I di Kebon Jambu babakan Ciwaringin Cirebon di tahun 2017. Hal itu beliau sampaikan dalam sesi plenary 2 di International Converence KUPI II di Semarang. Dalam pembukaan sesinya, beliau mengutip pernyataan Nyai Masriyah Amva pada pembukaan KUPI I di Kebon Jambu Cirebon 25 Apri 2017.

“Saya telah dinobatkan sebagai seorang feminis. Anda tahu, saya benar-benar tidak begitu sadar. Wow, itu membuat saya gemetar. Apa yang dimaksud dengan feminis? Feminis berarti bahwa seorang wanita sempurna sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Itu berarti kehidupan seorang wanita tidak harus sesuai dengan laki-laki. Perempuan dilarang untuk menyesuaikan diri dengan laki-laki atau untuk makhluk lain selain Allah, karena Allah dipuji dan ditinggikan,” ucap  Nyai Masriyah Amva

Dalam kesempatan tersebut dirinya menjelaskan jika menjadi seorang feminis adalah seorang wanita yang hidupnya bersama Tuhan. Sebagai wanita dan manusia dia akan menjadi sesempurna pria, dan perempuan tidak membutuhkan kehadiran laki-laki kecuali sebagai  kawan dan teman untuk berbagi cintanya. Sebagai teman yang saling membantu dan mendukung.

David Kloos menyatakan kekagumannya pada konsep feminis yang disampaikan oleh Nyai Masriyah Amva pada perhelatan KUPI I. Nyai masriyah telah membawa warna baru pada konsep feminis dengan pendekatan keagamaan. Menjadi feminis bukan perkara ia sadar akan ketertindasan, namun bagaimana seorang perempuan bisa menjadi makhluk Tuhan seutuhnya sebagaimana laki-laki. Perempuan dan laki-laki dan khalifatullah fil ardhi yang sama-sama mengemban misi ketauhidan dan kemanusiaan.

Konsep feminis ini menjadi sebuah perkembangan paradigma berfikir yang progresif di tengah kondisi perempuan yang terdomestikasi dalam pemahaman fikih literalis. Dari sinilah kemudian David Kloos mengembangkan penelitiannya dengan mengkaji dinamika feminis muslim di wilayah Asia Selatan. Konsep narasi feminis yang diduga lahir di Barat ini, ternyata memiliki dampak yang luar bisa bagi gerakan kesetaraan di wilayah Asia.

Dalam perkembangannya, karena diksi feminis seolah bertentangan dengan agama maka diksi tersebut tak pernah dimunculkan dalam narasi. Termasuk dalam perhelatan KUPI baik KUPI I maupun II. Meskipun tidak ada sebutan gerakan feminis, namun nilai yang dimunculkan adalah nilai kemanusiaan dan kesetaraan sebagaimana yang diperjuangkan oleh gerakan feminis.

David Kloos menilai justru inilah kelebihan dan keunikan dari gerakan KUPI. Bagaimana tokoh-tokoh dalam KUPI ini bisa membuang jauh narasi-narasi yang memunculkan perdebatan dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kemanusiaan yang diusung. Dengan tetap berpegang tegus pada koridor keagamaan, KUPI ignin menunjukkan pada dunia bahwa Islam adalah agama yang ramah yang mengusung nilai kemanusiaan diatas segalanya.

Dalam penelitiannya, David Kloos juga menyampaikan temuan yang didapatkan selama penggalian data di lapangan. Beliau menyebutkan bahwa dibanding laki-laki, perempuan jauh memiliki semangat yang tinggi untuk mendengarkan halaqoh keagamaan. Peluang ini harus segara disadari oleh para pemuka agama, untuk terus menebarkan narasi perdamaian dan keadilan. Jika potensi ini diisi dan dikuasai oleh ahli agama yang bukan ahli dibidangnya, maka akan berdampak negative bagi kehidupan perempuan kedepannya.

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments