HomeBukuBerpikir Logis untuk Hidup yang Lebih Damai

Berpikir Logis untuk Hidup yang Lebih Damai

Judul : Menyiasati Sesat Pikir, Penulis : Rika Iffati Farihah, Penerbit : Aran Publishing, Kategori : Psikologi, Pengembangan Diri, Tahun Terbit : Juli, 2022, Halaman : xiv + 228 hlm, ISBN : 978-623-9717-18-6

Mungkin ketika mendengar kata psikolog, kita selalu diingatkan dengan hal-hal serius atau sesuatu yang mengharuskan kita untuk logis. Begitu juga sehat secara mental, ataupun sejenisnya. Bahkan ingatan tentang bacaan yang berkenaan dengan psikologi, selalu serius dan membacanya butuh waktu yang cukup lama agar memahami isi dari apa yang disampaikan penulisnya. Buku yang ditulis oleh Rika Iffati Farihah ini, menurut saya adalah salah satu dari sekian buku dengan pembahasan yang berat, namun disampaikan dengan ringan.

Rika sangat pandai menggunakan bahasa yang ringan untuk menjelaskan sesuatu yang sangat rumit seperti tentang keberagamaan. Bahkan isu-isu sensitif seperti kasus Presiden Macron dan kontroversi lukisan Nabi Muhammad. Melalui tulisan ini, Rika membagi pembahasan dalam tiga hal, di antaranya:

Pertama, tentang aneka hal terkait benak manusia. Sebagai pembaca, saya memahami bahwa dalam tulisan ini lebih memprioritaskan pembahasan tentang hal untuk menyelami diri. Mengapa demikian? karena pembaca disuguhkan oleh berbagai informasi seperti berpikir logis, mengenali otak manusia hingga merenungi ke dalam diri sehingga kita lebih mengenal diri sendiri. Dalam konteks ini, penulis lebih menekankan pada persoalan dasar yang seharusnya kita sadari sebagai manusia.

Kedua, menekankan pada persoalan hubungan manusia dengan manusia yang erat kaitannya dengan hubungan bersama manusia lain. penulis dalam pembahasan ini banyak sekali membahas fenomena sosial dan fenomena populer dengan perspekitf psikologis yang membuat pembaca berefleksi tentang berbagai kejadian yang ada.

Begitu rasa takut berkuasa, kemampuan berpikir kritis terhalangi. Kemampuan kita mengambil keputusan atau membuat penilaian dengan bijak menurun drastis. Kita mungkin tidak mampu melihat sudut pandang lain atau merasakan empati bagi sesama manusia yang sudah terlanjut dilihat sebagai musuh.” (hlm. 102).

Kutipan di atas menyiratkan pesan yang cukup mendalam bagi pembaca ketika menelaah fenomena streotip, di mana kadang menjadi masalah besar bagi hubungan sosial. Masalah ini terus dijumpai oleh banyak faktor, apalagi dalam kehidupan sosial, terdapat perbedaan yang cukup lebar dan menganga pada masing-masing kelompok ketika dibenturkan oleh suatu keadaan yang sama. Pembaca akan menemukan makna dari setiap bahasa yang disampaikan oleh penulis untuk terus berefleksi kejadian-kejadian yang cukup membuat kita untuk merespon, “Ohiya, ternyata begitu.”

Ketiga, tentang menyiasati keterbatasan. Bagi saya sebagai seorang pembaca, pada bagian ini merupakan momen yang cukup mendalam karena penulis membawa pembahasan yang sangat mendalam tentang bagaimana manusia seharusnya bertindak dan melihat persoalan sosial yang terjadi. tentu, kalimat yang digunakan oleh penulis tidak menggurui ataupun memberikan penjelasan yang membuat pembaca akan merasa menjadi peserta didik. Namun, dari sekian fenomena yang disampaikan oleh penulis dalam bagian ketiga, pembaca akan disuguhkan berbagai informasi tentang pengendalian emosi yang bermaksud untuk menelaah lebih mendalam.

Buku ini memang tidak spesifik membahas tentang perempuan. Namun karena penulisnya perempuan, bahasa-bahasa dan pendekatan yang digunakan oleh penulis, saya rasa juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap jenis kelamin sang penulis seperti misalnya tentang bagaimana cara penulis menyajikan tentang persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat, hingga secara spesifik menyebutkan bahwa diriny sebagai seorang istri pada beberapa bagian tulisan.

Karena pembahasan yang sangat random dan terdiri dari berbagai topik, ini menjadi kelebihan dan sekaligus kekurangan buku ini. pembaca disuguhkan dengan berbagai perspektif yang berasal dari banyak fenomena-fenomena kekinian. Akan tetapi di sisi lain, tulisan semacam ini tidak fokus membahas satu hal tertentu sehingga kurang mendalam dalam menyampaikan fenomena tertentu.

Meskipun demikian, penulis sangat pandai memilih bahasa untuk menyampaikan suatu yang berat, khususnya persoalan fenomena sosial yang kerapkali menciptakan permusuhan antar golongan. Buku ini tidak hanya menyiratkan tentang bagaimana menjalani kehidupan yang senantiasa perlu berpikir logis, akan tetapi juga mengajarkan bagaimana menciptakan kedamaian dalam diri sehingga bisa membawa diri dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

RELATED ARTICLES
Continue to the category

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments

Nita Nurdiani on Amina Rasul Bernardo
Nita Nurdiani on Mira Kusumarini